Jumat, 01 Juni 2018

Sosialisme : Sebuah Proses Destruksi Sekaligus Konstruksi

A.    Lahirnya Kelas Buruh
Kira-kira tahun 1870, Inggris telah mengembangkan industri manufaktur yang paling maju di dunia.Lebih dari sepertiga produksi industrial berlangsung di Inggris. Namun proses industrialisasi juga telah maju di negara-negara lain, terutama di Amerika Serikat, Perancis dan Jerman. Di Eropa, proses tersebut mengakibatkan hancurnya kaum cakapan tradisional dan merosotnya kesejahteraan kaum tukang. Sekian juta orang-orang Eropa beremigrasi, hal itu sangat mendorong perkembangan industri dan pertanian di negara-negara lain, terutama di Amerika Serikat dan banyak meringankan berbagai tekanan sosial di Eropa.Legislasi berangsur-angsur diperkenalkan di Inggris untuk mengurangi dampak buruk persaingan bebas[1].Kompetisi tersebut memaksa para majikan untuk mempertahankan upah serendah-rendahnya dan para buruh industri tidak punya peluang untuk menolak pemotongan upah.Buruh individual selalu rentan untuk dipecat, mereka hanya bisa membela diri secara kolektif, dengan berorganisasi sehingga mampu melancarkan ancaman untuk menarik tenaga kerja mereka secara penuh.

Ungkapan praktis yang paling jelas dari cita-cita proletariat baru pertama-tama adalah diciptakannya serikat-serikat dagang atau serikat buruh dan kemudian federasi-federasi dari berbagai serikat itu secara nasional dan internasional.Secara politik, serikat-serikat dagang itu mendorong gerakan Chartisme[2]. Di benua Eropa, dimana perkembangan industri secara keseluruhan tidak terlampau maju, kelompok-kelompok kecil kaum buruh industri terlibat aktif dalam berbagai revolusi tahun 1848, terutama di Perancis dan Jerman dan dalam konteks ini gerakan kelas buruh cenderung mengambil bentuk politis daripada ekonomis. Gerakan-gerakan yang lebih awal itu pada dasarnya dilancarkan terhadap orang-orang yang kaya dan berkuasa, baik individu maupun kelompok. Sedangkan organisasi kelas buruh yang terbentuk sesudah Revolusi Inggris mulai memandang diri mereka sendiri berjuang bukan untuk melawan kaum kaya, namun melawan sistem yang memecah belah bangsa menjadi dua kelas, para pemilik kekayaan yang tidak perlu bekerja dan kaum buruh yang tidak dapat memiliki kekayaan.

B.     Sosialisme dan Karl Marx 
Kaum sosialis awal memandang kapitalisme sebagai sistem yang tidak adil dan irasional, yang harus digantikan oleh komunisme. Menurut Marx, kapitalisme telah mengakhiri ketidakadilan dan irasionalitas feudal, namun kapitalisme telah menggantikan dengan ketidakadilan dan irasionalitasnya sendiri. Marx yang pertama melahirkan filsafat sosial yang dirancang untuk membuka kemungkinan bagi sosialisme untuk tampil dalam perkembangan sejarah yang nyata. Bagi Marx, sejarah itu lebih berupa perkembangan produksi daripada realisasi prinsip-prinsip rasional. Pendekatan Marx terhadap perubahan historis bisa digambarkan dengan mengacu pada transisi dari feodalisme menuju kapitalisme.
Bagi Marx, hubungan-hubungan produksi kapitalis sama menindasnya dengan hubungan produksi feodal. Dari sudut pandang pemilik modal, satu-satunya tujuan produksi adalah laba. Laba bukan hanya penting untuk konsumsi pribadi si pemilik modal itu sendiri, namun yang lebih penting untuk membiayai investasi yang akan memungkinkan perolehan laba di masa mendatang. Perjuangan kelas akan terjadi, meskipun secara individual para pemilik modal dan kaum buruh tidak menghendaki, mangabaikan, atau menolaknya. Krisis akan berakhir dan suatu periode ekspansi akan bermula, meski hal ini pun pada akhirnya akan mengarah pada krisis baru berupa kelebihan produksi.

C.    Sosialisme Reformis dan Revolusioner Sebelum Tahun 1914
Sejak 1873-an, dunia terperosok ke dalam krisis ekonomi yang panjang dan serius. Ledakan ekonomi tahun 1850-an dan 1860-an disebabkan oleh sejumlah besar pembangunan rel kereta api di seluruh dunia. Banyak firma yang terpaksa gulungtikar dan firma yang masih bertahan seringkali harus menghadapi keadaan yang nyaris mendekati monopoli untuk komoditas-komoditas tertentu.Salah satu tanda krisis itu adalah jatuhnya harga[3].Pertumbuhan ekonomi belum benar-benar pulih sampai kira-kira tahun 1896.Ketika pada akhirnya pertumbuhan ekonomi menggeliat lagi, sebagian orang harus menghadapi efek purifikasi krisis yang telah mematikan industri yang memang sudah tak berdaya, dan sebagian harus menghadapi eksploitasi yang kian meningkat secara agresif atas sumber daya alam dan tenaga kerja murah di daerah-daerah jajahan.
Kebangkitan ekonomi ini dengan demikian terkait dengan imperialisme, nasionalisme, dan militerisme.Sudut pandang reformis itu mencakup peninjauan ulang atas pandangan Marxis tentang negara.Negara bukan lagi dilihat sebagai alat penindasan, namun sebagai agen netral yang bisa dijalankan oleh wakil-wakil dari para pemilik modal maupun buruh. Menurut mereka, sosialisme dengan demikian harus dipandang sebagai kerajaan tujuan-tujuan, sebuah cita-cita yang harus diperjuangkan oleh kaum sosialis agar sedapat mungkin mendekati kenyataan. Pada saat yang sama, komitmen terhadap cita-cita sosialisme harus dicegah agar tidak menghancurkan hukum dan ketertiban.

D.    Matinya Sosialisme
Asal-usul sosialisme berkaitan erat dengan perkembangan awal masyarakat industrial, pada suatu masa antara pertengahan dan akhir abad kedelapan belas.Sosialisme bermula sebagai kumpulan pemikiran yang menentang individualisme.Sosialisme pertama-tama merupakan impuls filosofis dan etis, tetapi jauh sebelum Marx sosialisme mulai tampil sebagai doktrin ekonomi.Tetapi Marx-lah yang melengkapi sosialisme dengan teori ekonomi yang rumit dan terperinci. Sosialisme berupaya mengatasi kelemahan kapitalisme dengan tujuan membuatnya lebih manusiawi, atau sama sekali menumbangkannya[4].
Secara sosial menimbulkan pertikaian dan tak mampu mengembangkan dirinya sendiri dalam jangka panjang.Teori ekonomi sosialisme selalu tidak memadai serta meremehkan kemampuan kapitalisme untuk berinovasi, beradaptasi, dan mendorong produktivitas.Sosialisme juga gagal memahami arti pentingnya pasar sebagai perangkat informasi yang menyediakan data penting bagi para penjual dan pembeli. Kelemahan-kelemahan sosialisme ini menjadi semakin terbuka dengan adanya proses globalisasi dan perubahan teknologi yang semakin intens sejak awal 1970-an.

E.     Membangun Kembali Sosialisme
Ide sosialisme modern pertama kali muncul dari Thomas More, dalam karyanya yang disebut Utopia.Ide ini muncul di Inggris pada pertengahan abad ketika petani-petani kehilangan akses tradisionalnya terhadap tanah sebagai akibat dari ditutupnya tanah sebagai ladang penggembala kambing. Alternatif mistis yang disketsakan oleh More ialah suatu masyarakat yang tanahnya dimiliki secara bersama, yang semua orang mengerjakan apa yang menjadi tugas mereka dan yang produk-produknya dari kerja didistribusikan kepada semua orang sesuai dengan kebutuhanmereka tanpa harus menggunakan uang dan tanpa harus jual beli[5]. Inti dari tujuan-tujuan kaum sosialis ialah menciptakan suatu masyarakat yang akan memungkinkan perkembangan secara utuh potensi dan kemampuan manusia.
Jadi pertumbuhan kemakmuran manusia tidak lain dari yang absolut, yang terus mengejewantahkanpotensi-potensi kreatifitasnya. Perkembangan segenap kekuatan manusiawi sebagai tujuan dalam dirinya sendiri. Kemakmuran dari hasil kerjasama akan mengalir secara lebih melimpah dan produk dari masyarakat produsen-produsen yang berasosiasi secara bebas ialah manusia-manusia yang akan mampu mengembangkan potensi mereka sepenuhnya dalam suatu masyarakat manusia. Dalam perjuangan-perjuangan ini, kaum buruh menjadi sadar akan kepentingan-kepentingan mereka bersama, mereka menjadi keniscayaan untuk berhimpun bersama melawan kapital. Inilah yang disebut Marx sebut sebagai praktik revolusioner yaitu kesesuaian antara perubahan situasi dan aktivitas manusia (perubahan diri). Proses membangun kembali suatu visi sosialis melibatkan keharusan untuk menjawab pengalaman-pengalaman abad ke-21, berikut ekspansi-ekspansi yang gagal[6].

F.     Sosialisme adalah Proses Sekaligus Tujuan
Ketidakpuasan dengan terjadinya penderitaan, ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan sebagai akibat berkembangnya industrialisasi dan kapitalisme telah melahirkan gerakan sosial di berbagai negara Eropa abad ke-19, yang bertujuan merombak masyarakat ke arah persamaan hak dan pembatasan terhadap hak milik pribadi.Ada yang mengusulkan perombakan secara paksa, ada pula yang menghendaki perubahan secara damai.Gerakan ini dipelopori oleh para yang dinamakan sosialisme utopis.Di negara sosialis asas sosialisme seperti penguasaan alat produksi dan pengaturan distribusi komoditas oleh negara diterapkan.Pengaturan produksi dan distribusi komoditas di seluruh negara dilaksanakan secara terpusat.Di negara Eropa Timur lainnya semenjak runtuhnya rezim komunis yang telah berkuasa selama beberapa dasa warsa, maka sistem sosialisme yang diterapkan mulai digeser oleh kapitalisme.
Masyarakat sosialis yang lahir dari kapitalisme, kata Marx secara ekonomi, moral, dan intelektual mengandung bekas-bekas (jejak-jejak) masyarakat lama. Proses sosialis merupakan suatu proses destruksi sekaligus konstruksi suatu proses penghancuran elemen-elemen masyarakat lama yang masih tersisa (manusia yang masih berorientasi pada diri sendiri, maka memberi dukungan terhadap logika kapital) dan suatu proses membangun manusia-manusia sosialis yang baru. Kaum sosialis membangun dunia yang di dalamnya orang-orang saling berhubungan satu sama lain sebagai anggota dari suatu keluarga besar manusia, suatu masyarakat yang didalamnya bahwa kesejahteraan orang lain merupakan sesuatu yang harus diperhatikan. Ini adalah dunia solidaritas manusia dan cinta kemanusiaan.

G.    Masa Depan Sosialisme
Sosialisme mendasarkan daya tariknya pada dua hal, yaitu pemerataan sosial dan penghapusan kemiskinan. Sejarah dua abad terakhir telah menunjukkan adanya dua cara untuk mencapai pembangunan ekonomi yang pesat. Pertama, cara yang telah digunakan oleh negara-negara Barat yang sudah maju (Eropa barat laut dan tengah, Amerika Utara, Australia, dan Selandia Baru) dimana pasar bebas merupakan alat utama untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang telah terbukti dalam sejarah adalah komunisme.Sosialisme berarti lebih banyak pelayanan jasa kemakmuran untuk mereka yang miskin, lebih banyak sekolah bagi mereka yang tidak menikmati pendidikan dan peningkatan martabat hidup bagi mereka yang secara tradisional serba kekurangan.Sosialisme di negara-negara yang sedang berkembang ialah komitmen pada perencanaan[7].
Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kebutuhan yang mendesak, mereka merasa bahwa pelaksanaan fungsi pasar bebas tidak akan menjamin perluasan dan pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti yang dimaksud. Sosialisme di negara-negara berkembang berbeda dari negara-negara yang lebih makmur, karena perbedaan situasi historis. Sosialisme tidak diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan negara yang belum maju, tetapi cara mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata. Sosialisme tidak banyak dikonfrontasikan dengan tugas mendistribusikan hasil-hasil perekonomian industri yang masih sulit berjalan, melainkan untuk membangun suatu perekonomian industri dengan maksud menaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan massa rakyat. Di negara-negara berkembang sosialisme sering berjalan dengan beban tradisi pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan imperalis asing atau oleh para penguasa setempat.

Daftar Pustaka
Ebenstein, William dan Edwan Fogelman. 1994. Isme-Isme Dewasa Ini.Erlangga : Jakarta.
Fink,Hans. 2003. Filsafat Sosial dari Feodalisme Hingga Pasar Bebas. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Giddens,Anthony. 2000. Jalan Ketiga Pembaruan Demokrasi Sosial. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Kusumandaru,Ken Budha. 2004. Karl Marx, Revolusi, dan Sosialisme. Resist Book : Yogyakarta.
Saksono,Gatut. 2009. Neoliberalisme VS Sosialisme. Forkoma PMKRI : Yogyakarta. 
Sunarto,Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.



[1] Salah satu motif di balik perubahan itu adalah kekhawatiran bahwa penderitaan kelas buruh akan mengakibatkan terjadinya revolusi dan berbagai kalangan kaum borjuis menggalang derma untuk meringankan kemelaratan dan merosotnya kondisi kehidupan kelas buruh.
[2]Suatu kampanye untuk mendorong perluasan hak suara secara radikal (yang bahkan sesudah reformasi tahun 1832 tidak melibatkan kebanyakan buruh industri, belum lagi seluruh kaum perempuan).
[3]Ini berarti, bagi para buruh yang bisa mendapatkan pekerjaan, upah riil tidak menurun, kendati melemahnya organisasi-organisasi kelas buruh sebagai akibat dari pengangguran mengakibatkan menurunnya uang upah dan beberapa kemunduran lainnya.
[4]Teori ekonomi sosialisme didasarkan pada gagasan bahwa dengan hanya mengandalkan segala perangkatnya, kapitalisme secara ekonomis tidak efisien.
[5] Gatut Saksono, Neoliberalisme VS Sosialisme,  Forkoma PMKRI, 2009
[6]Dalam berbagai perjuangan rakyat untuk merebut martabat kemanusiaan dan keadilan sosial, suatu visi alternatif tentang masyarakat sosialis selalu terkandung di dalamnya.Sudah selayaknya dibangun kembali dan diperbaharui kembali visi sosialis.
[7]William Ebenstein dan Edwan Fogelman, Isme-Isme Dewasa Ini, Erlangga, 1994.

Karya: Annisa Nindya Dewi, M.Sos
Magister Sosial Universitas Sebelas Maret
Email: sanindyadewi@gmail.com


0 komentar:

Posting Komentar