Buku Karya Braindilog

Berisi mengenai kajian analisis sosial dengan pendekatan konsep teori tokoh Sosiologi Indonesia.

Braindilog

Merupakan sebuah konsep dan metode diskusi yang di lakukan dengan tahapan Brainstorming, Dialectic, dan Logic dari teori atau permasalahan sosial yang didiskusikan.

Braindilog Sosisologi Indonesia

Mengawal Perkembangan Ilmu Sosiologi di Indonesia menuju otonomi teori Sosiologi Indonesia yang berlandaskan nilai, norma, dan kebermanfaatan masyarakat Indonesia.

Gerakan Otonomi Teori Sosiologi Indonesia

Sayembara menulis artikel sosiologi Indonesia adalah upaya Braindilog Sociology dalam menyebarluaskan gagasan otonomi teori sosiologi Indonesia.

Braindilog Goes To Yogyakarta

Diskusi Lintas Komunitas bersama Joglosonosewu dan Colombo Studies di Universitas PGRI Yogyakarta dengan tema "Konflik Horisontal Transportasi Online". Selain dihadiri komunitas, acara ini juga diikuti oleh beberapa perwakilan mahasiswa dari masing-masing kampus di Yogyakarta.

Selasa, 30 Juni 2020

Kesalahpahaman Nilai Budaya dalam Interaksi Sosial Antar Budaya

Kehidupan manusia selalu dihadapkan pada berbagai fenomena pluralitas. Pluralitas warna kulit, pluralitas etnik, pluralitas agama, dan pluralitas bahasa. Bentuk interaksi manusia dengan manusia yang lain dapat berbentuk Asosiatif maupun Disosiatif. Beberapa permasalahan yang dapat menghasilkan bentuk interaksi sosial yang sifatnya asosiatif adalah, etnosentrisme, misunderstanding of culture value(kesalahpahaman nilai budaya), stereotip, dan prasangka.(Muslim, 2013).

Dalam konteks interaksi antara individu atau masyarakat yang berbeda etnik dalam suatu komunitas wilayah tertentu yang merupakan ciri masyarakat majemuk, biasanya berlangsung proses adaptasi, asimilasi, dan juga konflik. Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri seseorang dengan lingkungan sebagai konsekuensi dari pengorganisasian penduduk.(Romli, 2015).

Di era yang semakin maju ini tentu masyarakat banyak yang memanfaatkan IPTEK terutama dalam berinteraksi. Mudahnya berinteraksi mengakibatkan setiap bangsa Indonesia dapat saling berinteraksi bahkan bisa dengan bahasa mereka masing-masing. Tujuannya untuk berbagi bahasa atau kebudaayan mereka masing-masing. Sebagaimana dikemukakan (Muslim, 2013), Tentunya sebuah tujuan yang ingin dicapai tidaklah mudah, dalam proses pencapaiannya pasti akan ada kendala/rintangan yang menghambat. Salah satu kendala yang terasa jelas adalah kesalahpahaman nilai budaya, karena itu, dalam makalah ini akan membahas fenomena beberapa bahasa yang dimaknai salah oleh budaya lain.

Dari penelitian Asrul Muslim (2013) telah banyak ditemukannya masalah-masalah dalam interaksi sosial antar budaya.. Pluralitas warna kulit, pluralitas etnik, pluralitas agama, dan pluralitas bahasa. Dengan pluralitas tersebut sering menjadi pemicu terjadinya konflik. Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, diperlukan berbagai macam akomodasi yang dapat mempertemukan perbedaan-perbedaan tersebut sehingga terjadi kesepahaman dan pengakuan akan eksistensi terhadap suatu budaya.

Sedangkan dari penelitian H. Khomsahrial Romli (2015) dari jurnalnya yang berjudul ”Akulturasi dan Asimilasi dalam Konteks Interaksi Antar Etnik”, dalam konteks interaksi antara individu atau masyarakat yang berbeda etnik dalam suatu komunitas wilayah tertentu yang merupakan ciri masyarakat majemuk, biasanya berlangsung proses adaptasi, asimilasi, dan juga konflik. 
Dengan demikian, interaksi sosial dalam masyarakat majemuk dan plural memerlukan perhatian yang lebih. Masyarakat Indonesia perlu mempunyai sikap toleransi dan saling memahami kebahasaan maupun kebudayaan di antara masing-masing budaya. Dengan itu, mereka dapat menyatukan pemahaman dan meminimalisir masalah-masalah yang ada pada interaksi sosial antar budaya.

Indonesia terdiri dari berbagai etnis dan budaya yang berbeda-beda. Setiap suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing.Semua menunjukkan adanya perbedaan, keragaman dan keunikan, namun tetap dalam satu kesatuan yang utuh sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Uniknya perbedaan suku bangsa dan budaya pada setiap individu melebur menjadi satu kesatuan keluarga, yang kemudian dari keluarga akan melebur menjadi satu ikatan sosial. Keragaman tersebut disebut juga dengan pluralitas. Tidak hanya budaya dan suku bangsa saja, bahasa juga merupakan salah satu perbedaan yang seringkali dimaknai berbeda dengan makna yang sebenarnya.

Keberagaman suku bangsa, agama, budaya, dan bahasa seringkali ada dalam setiap lingkungan masyarakat. Biasanya perbedaan terjadi pada daerah yang jaraknya lebih jauh, tapi tanpa disadari daerah di sekitarpun berpotensi memiliki budaya, agama, dan bahasa yang berbeda. Contoh masyarakat di Pekalongan, tentu penduduknya tidak pure dari Pekalongan semua. Tetapi karena adanya suatu pernikahan antar individu seperti suku jawa dan sunda. Tentunya akan berdampak pada bahasa sunda yang akan didengar oleh masyarakat Pekalongan yang ada disekitarnya.

Adanya persamaan bahasa tetapi beda makna, menjadi salah satu masalah yang terjadi dalam interaksi sosial di masyarakat. Hal ini akan menimbulkan misunderstanding of culture values atau kesalapahaman nilai budaya. Contoh misunderstanding of culture values antarnegara yaitu, mengacungkan jari tengah bagi orang Amerika adalah suatu penghinaan, namun bagi orang Indonesia, hal tersebut adalah biasa-biasa saja. Kalau hal tersebut bagi orang Indonesia sebagai sesuatu yang wajar saat berada di Amerika, maka kemudian yang akan terjadi sebuah penolakan karena orang Amerika merasa terhina. 

Contoh antar daerah di Indonesia, ketika orang kota seperti Jakarta, berinteraksi dengan orang jawa, kemudian mengatakan “Mangga dimakan” . Orang jawa akan menyimpulkan bahwa orang Jakarta itu mempersilahkan makan. Padahal maksud dari orang Jakarta itu adalah menyuruhnya untuk memakan buah mangga yang ada.

Contoh lain orang jawa mengatakan pada orang sunda : geulis pisan. Orang jawa mengartikan itu sebagai pernyataan “cepat sekali”, namun orang sunda mengartikannya “cantik sekali”. Sama halnya dengan pepaya ketika orang Jakarta mengatakan pepaya artinya  buah papaya, berbeda makna dengan orang sunda yang mengartikan papaya sebagai gedang atau pisang dalam bahasa Indonesia. Perbedaan-perbedaan semacam ini, di sisi lain sebagai khasanah dan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia, namun pada sisi lain, merupakan boomerang akan lahirnya disintegrasi sosial. Pertanyaan kemudian yang muncul, apakah keragaman dan perbedaan tersebut mesti dihilangkan, kemudian mengacu pada satu budaya yang harus diikuti oleh budaya-budaya yang berbeda tersebut?. Tentunya perbedaan dan keragaman tidak dapat kita hindari, untuk menghilangkannya juga menjadi hal yang mustahil. Yang dapat kita ubah adalah cara menyikapinya dengan toleransi dan mengakui adanya keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Selain itu kita juga perlu memperkaya pengetahuan akan budaya-budaya tersebut sehingga keharmonisan dan perdamaian akan tercipta dalam keberagaman.

  • Masyarakat Indonesia adalah mayarakat yang multietnis dan memiliki banyak keragaman. Seperti keragaman warna kulit, etnik, agama, dan bahasa.
  • Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis baik hubungan antar individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok, yang didasari atas tujuan yang sama.
  • Beberapa permasalahan yang dapat menghasilkan bentuk interaksi sosial yang sifatnya asosiatif adalah, etnosentrisme, misunderstanding of culture value (kesalahpahaman nilai budaya), stereotip, dan prasangka.
  • Bentuk disosiatif terdiri atas, persaingan/kompetisi, kontravensi, dan konflik.
  • Adanya persamaan bahasa tetapi beda makna, menjadi salah satu masalah yang terjadi dalam interaksi sosial di masyarakat. Hal ini akan menimbulkan misunderstanding of culture values atau kesalapahaman nilai budaya. 
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis baik hubungan antar individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok, yang didasari atas tujuan yang sama. Dikatakan sebagai interaksi sosial apabila memenuhi syarat bahwa adanya kontak sosial dan komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol serta  ada dimensi waktu.

Interaksi sosial juga dibagi dalam beberapa bentuk. Ada interaksi sosial bentuk asosiatif dan disosiatif. Dari kedua bentuk tersebut dibagi lagi menjadi beberapa bentuk lagi. Dengan pembagian bentuk asosiatif yaitu, kerja sama, asosiasi, asimilasi dan akulturasi. Sedangkan bentuk disosiatif terdiri atas, persaingan/kompetisi, kontravensi, dan konflik. Dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial bentuk asosiatif mengarah pada persatuan dan kerja sama. Sedangkan bentuk disosiatif bisa mengarah pada perpecahan.

Beberapa permasalahan yang dapat menghasilkan bentuk interaksi sosial yang sifatnya asosiatif adalah, etnosentrisme, misunderstanding of culture value, stereotip, dan prasangka. Dari permasalahan tersebut, salah satunya yang dampaknya sangat bisa dirasakan adalah tentang kesalahpahaman nilai budaya atau misunderstanding of culture value. Karena Indonesia terdiri atas beragamnya suku bangsa, ras, budaya, bahasa, dan agama. Syarat interaksi sosial adalah adanya komunikasi antar pelaku, sedangkan adanya perbedaan bahasa akan menghambat komunikasi antar pelaku. Apalagi jika adanya satu kata tetapi berbeda makna. Hal itu akan memicu kesalahpahaman dalam berkomunikasi dan bisa menimbulkan konflik. Oleh karena itu, pengetahuan akan budaya-budaya lokal sangat penting agar dapat tercipta keharmonisan dalam keberagaman berbudaya. Perlu adanya pemahaman akan bahasa dari daerah lain agar kedepannya bisa menujang komunikasi yang baik.

Daftar Pustaka
Asrul Muslim.“484 Interaksi Sosial dalam Masyarakat Multietnis”.Interaksi Sosial dalam Masyarakat Multietnis.Vol. 1, No. 13, Hlm. 484.http://journal.uin alauddin.ac.id/index.php/diskursus_islam/article/download/6642/5402 (diunduh pada 25 Mei 2020)
H. Khomsahrial Romli.“Akulturasi dan Asimilasi Dalam Konteks Interaksi Antar Etnik”. Vol. 8, No. 1, Februari 2015 https://media.neliti.com/media/publications/62927-ID-akulturasi-dan-asimilasi-dalam-konteks-i.pdf (diunduh pada 2 Juni 2020)
Vivian, Riris Loisa.“ Interaksi Sosial dan Komunikasi Antar Etnik di Tempat Kerja”.Studi Kasus interaksi Etnik Tionghoa dan Melayu di  PT. Permata Topaz Khatulistiwa PontianakVol. 3, No. 1, Juli 2019. Hlm 268-273.https://media.neliti.com/media/publications/93124-ID-komunikasi-antarbudaya-di-kalangan-mahas.pdf (diunduh pada 28 Mei 2020)
Marselina Lagu.“Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa Etnik Papua Dan Etnik Manado Di Universitas Sam Ratulangi Manado”. Vol. V. No.3. Tahun 2016. Hlm. 2 https://media.neliti.com/media/publications/93124-ID-komunikasi-antarbudaya-di-kalangan-mahas.pdf (diunduh pada 31 Mei 2020)
Direktori File UPI.“Interaksi Sosial”.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf (diakses pada 2 Juni 2020)

Karya: Erna Hidayah
Mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Pekalongan
email: ernahidayah01@gmail.com