Interaksi individu dengan individu lain merupakan kunci dasar membangun relasi sosial bermasyarakat. Persepsi, sudut pandang menjadi organ vital dalam mengetahui setiap sisi individu. Seperti yang dikatakan Abraham Lincoln, Zoon Politicon - makhluk yang saling membutuhkan.
Sudut
pandang setiap individu tidak pernah sama. Setiap rangsangan dan pengaruh dari eksternal
membentuk sikap dasar setiap individu. Sikap individu, emosi individu, dan
kemampuan mengembangkan kapasitas individu selalu dipengaruhi oleh alam sekitar
atau rangsangan dari lingkungan.
Eksistensi
keberadayaan individu tidak lepas dari pengaruh kebudayaan, setiap budaya
muncul dari ragam alam yang mengakar dari masa ke generasi. Kemampuan menjamah
dan beradaptasi dari budaya sebagai cerminan bahwa individu selalu tumbuh dan
dewasa dari tradisi warisan budaya orang tua. Walaupun tidak secara langsung
orang tua mengajarkan tapi secara perspektif dan cara hidup merupakan pengaruh
budaya dari masa ke masa berikut.
Memberdayakan
individu bukan dibentuk satu malam tapi dibangun dari puing-puing integral yang
selalu tumbuh dari rasa kasih menyanyangi, rasa peduli-sesama dan rasa berbagi
terhadap derita maupun suka. Maka, dari situ lahir jiwa yang membudaya secara
naluriah individu yang terbenam dalam kelompok.
Struktur,
politik, ekonomi dan sosial merupakan entitas primer yang melengkapi aspek dari
kehidupan setiap individu. System politik, system ekonomi, dan kelompok pada
masyarakat sebagai garda tombak dalam melihat kesejahteraan suatu masyarakat. Bukan
pada individu, pada kelompok suatu nilai menjadi tersosialisasi ke dalam
tatanan norma dan nilai.
Termasuk
pengaruh psikologi, para sosiolog bersepakat menjadikan ilmu jiwa sebagai pintu
kedua untuk memahami dinamika yang terjadi ditengah masyarakat, terkhusus
memahami individu.
Merupakan
satu hal yang terpengaruh oleh ilmu alam, diantaranya sosiologi dan psikologi.
August Comte selain sebagai sosiolog juga seorang fisikawan yang menguasai
rumus-rumus inti.
Keteraturan
sosial kata Comte, hanya bisa diraih dengan menyeimbangkan ilmu alam dengan
ilmu sosial. Hal penting untuk mempelajari karakter alam adalah dengan memahami
hubungan sebab-akibat dari pengetahuan ilmu alam yang berupa angka hasil pasti.
Tidak sama dengan ilmu sosial yang caranya boleh berbeda tapi hasil tetap sama.
Seperti, dua ditambah dua adalah empat. Bisa juga, satu ditambah tiga adalah empat.
August
Comte, mencoba mengkaji memperbaiki sistem politik masyarakat ketika itu dengan
memadukan sainstis dengan humaniora. Alhasil, dapat memperbaiki orang-orangnya
ketika itu.
Selain
berdiskusi banyak, individu harus berpikir sistemik berdasarkan paradigma
integrative. Teori sosiologi Modern pada abad ke-19 telah berkontribusi
terhadap pengembangan nalar individu-kelompok menjadi basis menangkap fakta
sosial dari berbagai paradigma. Konsep, teori dan gagasan merupakan makna
tercatat dalam sejarah pemikiran para sosiolog dunia.
Gagasan
ideal tentang suatu diskursus selalu menjadi pusat perhatian mayoritas
sosiolog. Selain teori yang didefinisikan sebagai penjelas realitas sosial,
juga mengandung konsep dua variabel yang saling berkait-mengait
Doyle
Paul Johnson, sosiolog klasik meringkas definisi konsep sebagai kata yang memberikan
makna. Jadi setiap kata berperan terhadap suatu makna. Konsep adalah kata yang
diberikan makna. Konsep adalah variable yang telah diberi variasi nilai. Setiap
variable adalah konsep.
Pemberian
makna berbeda dengan variable. Variabel menyangkut variabel independent dan
variabel dependent. Hal yang dijelaskan berhulu pada hubungan antar variabel.
Seperti, Teori sosiologi bukan teologi yang bersifat mutlak tapi sebagai guiden dalam merumuskan suatu masalah.
Pola
relasi merupakan salah satu penjelasan
tentang interaksi. Teori sosiologi lahir berdasarkan hasil penelitian. Penelitian dibangun dari temuan-temuan yang
dilapangan yang tidak semestinya terjadi. Seorang ahli sosiolog selalu diminta
kritis mempelajari teori.
Grand
teori misalnya, sebagai matahari yang menyentuh keadaan sekitar. Misal suatu
masalah yang diteliti tentang tingkat kemiskinan. Maka, teori fungsional
structural menjadi petunjuk dalam menentukan arah berupa tujuan-tujuan khusus
dari sebuah penelitian tentang tingkat kemiskinan. Dari hasil temuan dari
beberapa penelitian, terdapat 12 indikator kemiskinan atas pertimbangan
berbagai lembaga nasional maupun lembaga internasional.
Contoh
lain, teori mikro, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bicara tentang pengelolaan
ketahanan keluarga yang praktis. Maka, praktik yang perlukan dalam
menyelesaikan masalah adalah komponen pendukung dari karakteristik ketahanan
keluarga di suatu kecamatan.
Memberikan
kerangka berpikir dalam asumsi yang dibangun tidak mesti didasarkan hipotesa
sementara. Bisa juga dengan memprediksi hubungan sebab-akibat yang bisa saja
terjadi. Analisis dari berbagai aspek dapat memudahkan memetakan polarisasi
yang terjadi.
Pertimbangan
sosiologis dalam membentuk naskah akademik menjadi landasan pokok dalam
menggunakan teori sosiologi. Terdapat analisis sosiolog Emile Durkheim yang
menjelaskan fakta sosial. Pertanyaannya, apa yang dianalisis? Dan bagaimana
fenomena yang terkumpul dari masyarakat? begitupun sedikit persamaan dengan
gagasan yang dikemukakan Max Weber tentang etika agama.