Buku Karya Braindilog

Berisi mengenai kajian analisis sosial dengan pendekatan konsep teori tokoh Sosiologi Indonesia.

Braindilog

Merupakan sebuah konsep dan metode diskusi yang di lakukan dengan tahapan Brainstorming, Dialectic, dan Logic dari teori atau permasalahan sosial yang didiskusikan.

Braindilog Sosisologi Indonesia

Mengawal Perkembangan Ilmu Sosiologi di Indonesia menuju otonomi teori Sosiologi Indonesia yang berlandaskan nilai, norma, dan kebermanfaatan masyarakat Indonesia.

Gerakan Otonomi Teori Sosiologi Indonesia

Sayembara menulis artikel sosiologi Indonesia adalah upaya Braindilog Sociology dalam menyebarluaskan gagasan otonomi teori sosiologi Indonesia.

Braindilog Goes To Yogyakarta

Diskusi Lintas Komunitas bersama Joglosonosewu dan Colombo Studies di Universitas PGRI Yogyakarta dengan tema "Konflik Horisontal Transportasi Online". Selain dihadiri komunitas, acara ini juga diikuti oleh beberapa perwakilan mahasiswa dari masing-masing kampus di Yogyakarta.

Minggu, 20 Desember 2020

Perspektif Paradigma Integratif dalam Sosiologi

Interaksi individu dengan individu lain merupakan kunci dasar membangun relasi sosial bermasyarakat. Persepsi, sudut pandang menjadi organ vital dalam mengetahui setiap sisi individu. Seperti yang dikatakan Abraham Lincoln, Zoon Politicon - makhluk yang saling membutuhkan.

Sudut pandang setiap individu tidak pernah sama. Setiap rangsangan dan pengaruh dari eksternal membentuk sikap dasar setiap individu. Sikap individu, emosi individu, dan kemampuan mengembangkan kapasitas individu selalu dipengaruhi oleh alam sekitar atau rangsangan dari lingkungan.

Eksistensi keberadayaan individu tidak lepas dari pengaruh kebudayaan, setiap budaya muncul dari ragam alam yang mengakar dari masa ke generasi. Kemampuan menjamah dan beradaptasi dari budaya sebagai cerminan bahwa individu selalu tumbuh dan dewasa dari tradisi warisan budaya orang tua. Walaupun tidak secara langsung orang tua mengajarkan tapi secara perspektif dan cara hidup merupakan pengaruh budaya dari masa ke masa berikut.

Memberdayakan individu bukan dibentuk satu malam tapi dibangun dari puing-puing integral yang selalu tumbuh dari rasa kasih menyanyangi, rasa peduli-sesama dan rasa berbagi terhadap derita maupun suka. Maka, dari situ lahir jiwa yang membudaya secara naluriah individu yang terbenam dalam kelompok.

Struktur, politik, ekonomi dan sosial merupakan entitas primer yang melengkapi aspek dari kehidupan setiap individu. System politik, system ekonomi, dan kelompok pada masyarakat sebagai garda tombak dalam melihat kesejahteraan suatu masyarakat. Bukan pada individu, pada kelompok suatu nilai menjadi tersosialisasi ke dalam tatanan norma dan nilai.

Termasuk pengaruh psikologi, para sosiolog bersepakat menjadikan ilmu jiwa sebagai pintu kedua untuk memahami dinamika yang terjadi ditengah masyarakat, terkhusus memahami individu.

Merupakan satu hal yang terpengaruh oleh ilmu alam, diantaranya sosiologi dan psikologi. August Comte selain sebagai sosiolog juga seorang fisikawan yang menguasai rumus-rumus inti.

Keteraturan sosial kata Comte, hanya bisa diraih dengan menyeimbangkan ilmu alam dengan ilmu sosial. Hal penting untuk mempelajari karakter alam adalah dengan memahami hubungan sebab-akibat dari pengetahuan ilmu alam yang berupa angka hasil pasti. Tidak sama dengan ilmu sosial yang caranya boleh berbeda tapi hasil tetap sama. Seperti, dua ditambah dua adalah empat. Bisa juga, satu ditambah tiga adalah empat.

August Comte, mencoba mengkaji memperbaiki sistem politik masyarakat ketika itu dengan memadukan sainstis dengan humaniora. Alhasil, dapat memperbaiki orang-orangnya ketika itu.

Selain berdiskusi banyak, individu harus berpikir sistemik berdasarkan paradigma integrative. Teori sosiologi Modern pada abad ke-19 telah berkontribusi terhadap pengembangan nalar individu-kelompok menjadi basis menangkap fakta sosial dari berbagai paradigma. Konsep, teori dan gagasan merupakan makna tercatat dalam sejarah pemikiran para sosiolog dunia.

Gagasan ideal tentang suatu diskursus selalu menjadi pusat perhatian mayoritas sosiolog. Selain teori yang didefinisikan sebagai penjelas realitas sosial, juga mengandung konsep dua variabel yang saling berkait-mengait

Doyle Paul Johnson, sosiolog klasik meringkas definisi konsep sebagai kata yang memberikan makna. Jadi setiap kata berperan terhadap suatu makna. Konsep adalah kata yang diberikan makna. Konsep adalah variable yang telah diberi variasi nilai. Setiap variable adalah konsep.

Pemberian makna berbeda dengan variable. Variabel menyangkut variabel independent dan variabel dependent. Hal yang dijelaskan berhulu pada hubungan antar variabel. Seperti, Teori sosiologi bukan teologi yang bersifat mutlak tapi sebagai guiden dalam merumuskan suatu masalah.

Pola relasi merupakan  salah satu penjelasan tentang interaksi. Teori sosiologi lahir berdasarkan hasil penelitian.  Penelitian dibangun dari temuan-temuan yang dilapangan yang tidak semestinya terjadi. Seorang ahli sosiolog selalu diminta kritis mempelajari teori.

Grand teori misalnya, sebagai matahari yang menyentuh keadaan sekitar. Misal suatu masalah yang diteliti tentang tingkat kemiskinan. Maka, teori fungsional structural menjadi petunjuk dalam menentukan arah berupa tujuan-tujuan khusus dari sebuah penelitian tentang tingkat kemiskinan. Dari hasil temuan dari beberapa penelitian, terdapat 12 indikator kemiskinan atas pertimbangan berbagai lembaga nasional maupun lembaga internasional.

Contoh lain, teori mikro, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bicara tentang pengelolaan ketahanan keluarga yang praktis. Maka, praktik yang perlukan dalam menyelesaikan masalah adalah komponen pendukung dari karakteristik ketahanan keluarga di suatu kecamatan.

Memberikan kerangka berpikir dalam asumsi yang dibangun tidak mesti didasarkan hipotesa sementara. Bisa juga dengan memprediksi hubungan sebab-akibat yang bisa saja terjadi. Analisis dari berbagai aspek dapat memudahkan memetakan polarisasi yang terjadi.

Pertimbangan sosiologis dalam membentuk naskah akademik menjadi landasan pokok dalam menggunakan teori sosiologi. Terdapat analisis sosiolog Emile Durkheim yang menjelaskan fakta sosial. Pertanyaannya, apa yang dianalisis? Dan bagaimana fenomena yang terkumpul dari masyarakat? begitupun sedikit persamaan dengan gagasan yang dikemukakan Max Weber tentang etika agama.

Semua saling persinggungan yang bersumbu pada realitas sosial, baik individu, kelompok maupun masyarakat secara garis besar.

Muhammad Irsyad Suardi

Mahasiswa Magister Sosiologi UNAND