Selasa, 29 Maret 2016

Karl Marx

Trier, Prusia 5 Mei 1818, sebagai saksi dari lahirnya tokoh yang  sangat berpengaruh di dunia yaitu, Karl Heinrich Marx, dengan pengetahuannya yang sangat kritis dalam bidang keilmuan. Dengan latar belakang keluarga rabbi, Marx muda dilahirkan oleh sosok ibu yang taat akan agama dan ayahnya seorang pengacara. Pada tahun 1841, Marx menerima gelar doktornya di bidang filsafat dari Universitas Berlin. Pemikiran Marx dalam bidang filsafat sangat di pengaruhi oleh G.W.F. Hegel (1770-1831) dengan corak filsafat Jerman, akan tetapi sebelum Hegel menyempurnakan dari filsuf Jerman seperti Kant dengan filsafat kritisnya, Fichte dengan filsafat Wissenshaftslehre dan Scheling dengan corak filsafat mempertentangkan “Aku” dan “Non-Aku”. Pola pikir Hegel sebagai tolak ukur filsafat Jerman pada waktu itu, Hegel sangat mengutamakan rasio, namun rasio yang dimaksud Hegel bukan pada individu, akan tetapi rasio yang melekat pada subjek absolut (dalam bahasa lain yaitu roh). Dengan demikian, terkenallah sebuah dalil “all that is real is rational, and all that is rational is real”.
 
Bukan hanya Hegel yang mempengaruhi pemikiran Marx, akan tatapi L. A. Feuerbach (1804-1872) yang sedikit berbeda cara pandang dengan Hegel, salah asatu ungkapan yang di lontarkan Feuerbach adalah  manusia beragama karena terikat oleh alam, manusia lemah sedangkan alam yang didapatinya kuat dan ganas, cara filsafat dari Feurbach masuk dalam kerangka berfikir teologis. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan pola pikir Marx semakin kritis, pola dari kedua filsuf sedikit demi sedikit di tentang oleh Marx.
Menulis tentang Marx dengan teorinya merupakan sebuah tantangan bagi para penulisnya, bahkan memahami pola pikir Marx itu sendiri tidak segampang membalikkan telapak tangan. Pola pikir yang sulit diterka, mengandung multi-interpretasi, dan dengan bahasa yang sangat jeli yang dilontarkan dalam tulisan-tulisan Karl Marx, maka tidak heran bagi mahasiswa untuk memahami seorang Marx dengan karya dan teorinya, butuh usaha ekstra dan kerja keras dalam memahami maksud dan setiap makna gagasannya. Akan tetapi, kita sedikit demi sedikit belajar memahami pola pikir Marx dengan perlahan-lahan.
 
Sebelum berbicara lebih jauh tentang Marx, perlu lebih awal kita ketahui terlebih dahulu mengenai Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis. Secara sederhana materialisme dialektik adalah dialektika terjadinya di dunia nyata atau dunia materi, sedangkan materialisme historis adalah bahwa manusia dapat dipahami sejauh ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Definisi sederhana ini bisa dibilang tidak sempurna dalam pandangan materialisme dialektik dan materialism historis dengan penjabaran filsafat yang sebenarnya, karena ketika dijabarkan secara panjang penulis masih ragu dengan kapasitas pemahaman mengenai Marx itu sendiri. Dalam kancah keilmuan Sosiologi Marx, terkenal dengan teori Kelas Sosial dan Alienasinya. Kelas sosial bagi Marx dibedakan dalam dua kelas. Kelas Borjuis atau disebut dengan kaum pemilik modal, dan Kelas Proletar atau dikenal sebagai  kelas buruh dan masyarakat miskin. Pada bagian ini, pembagian kelas mempengruhi sikap pertentangan kelas karena di dalam kelas tersebut ada imperialisme dan penindasan dari kaum pemilik modal sebagai penguasa alat-alat pabrik dan pemilik dari kaum pekerja, dalam hal ini bisa disebut dengan dialektika dalam kapitalisme.
 
Dengan pertentangan kelas tersebut Marx menganalisis akan lahir sebuah zaman di mana tidak ada kelas-kelas sosial, tidak adanya pertentangan, tidak adanya imperialisme dan monopoli kekuasaan. Marx mengatakan zaman ini disebut dengan Komunisme. Komunisme, sebagai cita-cita Marx dalam hidupnya –bisa dibilang seperti itu– karena di setiap pembahasan mengenai pertentangan kelas Marx, dia selalu ingin membuat sebuah revolusi besar-besaran dalam kelas tersebut (red.kelas proletar). Kaum proletariat digambarkan oleh Marx sebagai sekumpulan Prometheus. Prometheus adalah manusia yang ditindas tetapi akan menguasai masa depan, hal ini terbukti dalam ajaran revolusi seorang Marx seperti terjadianya revolusi Bolshevik di Rusia, sebagai penentang akan kapitalis pada tahun 1903 dan tahun 1917 sebagai puncaknya. Kaum ini di dasari atas ideologi Marxisme dan Leninisme sebagai acuan revolusi ekomoni di Rusia, Manifest der komunistichen partey (1848) sebagai pijakan revolusi dalam politik dan Das Capital (1850-1866) sebuah karya monumental dan termasuk salah satu buku merubah dunia.
 
Pembahasan Marx tidak selesai pada pertentangan kelas dan revolusi, di balik pertentangan kelas, masyarakat harus mempunyai satu pekerjaan, Marx mengatakan bahwa kerja adalah pengembangan kekuasaan-kekuasaan dan potensi-potensi manusiawi kita yang sejati. Marx sering mawanti-wantikan pentingnya materi dalam kehidupan kita, karena manusia membutuhkan makan untuk keberlangsungan hidupnya, secara harfiah manusia adalah zoon-politikon, bukan hanya makhluk sosial, tetapi makhluk yang berkembang dan bersifat dinamis di masyrakat.
 
Ketika individu dalam ruang lingkup masyarakat dan kerja, maka secara otomatis akan terjadi alienasi dalam kehidupannya. Kata alienasi ini berasal dari karya awal Marx yang tidak lain masih berhubungan erat dengan kapitalisme yang mengakar dalam masyarakat, sehingga alienasi menjadi suatu keprihatinan sendiri bagi Marx. Marx menggunakan alienasi sebagai konsep untuk menyingkap efek dari produksi kapitalis yang bersifat menghancurkan terhadap manusia dan masyarakat. Alienasi dalam kamus sosiologi adalah keterasingan individu dari diri mereka sendiri dan orang lain. Pada dasarnya kata alienasi ini memiliki makna filosofis dan bersifat religius, tapi Marx mentransformasikannya ke dalam konsep sosiologi dan Ekonomic and Philosophical Manuscripts of 1844, keterasingan berakar dalam struktur sosial yang menyangkal esensi manusia, Marx percaya bahwa esensi manusia adalah sesuatu yang diwujudkan dalam konteks kerja.
 
Marx membagi alenasi dalam 4 (empat) macam yaitu, antara lain:
1.    Individu teralienasi dari aktivitas produksi
2.    Individu teralienasi dari temannya
3.    Individu teralienasi dari pekerjaannya
4.    Individu teralienasi oleh dirinya sendiri
 
Alienasi sebagai salah satu contoh pertentangan antara hakekat manusia dalam diri manusia itu sendiri, pertentangan dalam alienasi memang dirancang oleh kaum kapitalis dalam ranah nilai tukar dan nilai produksi. Buruh atau satu individu akan tersudut ketika berbicara nilai tukar, antara gaji buruh dengan majikannya dalam satu produksi, sedangkan hasil dari produksi adalah gejala yang dilahirkan oleh alienasi kita, yang hanya bisa di tiadakan melalui perubahan sosial.

Referensi
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Karya: A.Zahid, S.Sos

0 komentar:

Posting Komentar