Revolusi industri 4.0 merupakan suatu era terjadinya perubahan diberbagai bidang lewat perpaduan teknologi secara besar-besaran. Perubahan tersebut tentu saja juga berdampak pada dunia pendidikan (Oktavian,2020:129). Pembelajaran daring dapat dijadikkan sebuah solusi ketika terjadi bencana alam. Seperti yang terjadi saat ini ketika pemerintah menerapkan kebijakan social distancing. Pemerintah mengganti pembelajaran dengan sistem pembelajaran daring melalui sebuah aplikasi (Syarifudin,2020:32).
Pembelajaran daring
berbeda dengan pembelajaran konvensional ,ini bisa terlihat dari media
pembelajaran. Pada saat ini media yang digunakan untuk proses belajar adalah WhatsApp, Zoom dan Googlemeet,
sedangkan pada pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang
menggabungkan satu atau lebih metode pembelajaran dan guru mempunyai peran
penting dalam proses pembelajaran (Pangondian dkk,2019:57).
Banyak kendala yang dialami ketika pembelajaran daring
dilakukan. Dari riset yang dilakukan Agusmanto (2020) menunjukan bahwa kendala
dalam pembelajaran daring diantarnya jaringan internet dan kendala layanan
pembelajaran yang dilakukan oleh dosen. Selain itu pada riset Andhini (2020)
pembelajaran daring dapat memberikan dampak positif berupa mudahnya akses
materi dan dampak negatif membuat tugas menumpuk yang menimbulkan depresi.
Selain itu riset yang dilakukan
Perkuliahan online
merupakan salah satu bentuk pemanfaatan internet yang dapat meninggkatkan peran
mahasiswa dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa syarat dalam melakukan
pembelajaran online yakni, mindset
posiif dosen dan mahasiwa, desain sistem proses belajar, proses evaluasi dan mekanisme feedback yang dilakukan oleh
penyelenggara (Ningsih,2020:125-126)
Menurut Moore, Dickson-Deane
& Galyen pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan
jaringan internet dengan aksesbilitas, konektivitas, fleksibilitas dan
kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembeljaran (Ali,2020:215-216).
Kajian tentang
pembejaran daring sebenarnya sudah ada mengingat pandemic ini belum selesai
sehingga banyak yang melakukan penelitian. Untuk kajian tentang pembelajaran
daring yang berfokus pada analisa kritis masih belum dilakukan sehingga hal ini
menarik untuk dikaji oleh peneliti.
Pada konteks penelitian ini peneliti mencoba konsep pendidikan kritis untuk melihat permasalahan pembejaran daring. Peneliti mengambil salah satu konsep paulo freire tentang tipe-tipe pendidikan. Hal ini menjadi penting bagi peneliti untuk memetakan permasalahan pemebelajaran daring sehingga kedepannya lagi jika ada penelitain lanjutan akan memudahkan peneliti
Sebelum menjelaskan pengertian pendidikan pembebasan,
alangkah baiknya dijelaskan pendidikan dan pembebasan. Definisi pendidikan.
Dalam Undang-Undangan Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal 1 disebutkan
bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Konsekwensi logis dari pengertian
pendidikan yang merujuk pada undang-undang tersebut di atas berlaku bagi
seluruh masyarakat yang hidup di Indonesia. Pendidikan berarti proses
pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan
melalui pengajaran, pelatihan, proses dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantoro
berpendapat bahwa pendidikan bagi setiap anak bangsa di negri ini memiliki arti
dan makna mendalam sebagai pemeliharaan dan pengembang benih-benih persatuan
dan kesatuan bangsa yang telah dirintis oleh para pendahulu bangsa Indonesia.
Demikian
penjelasan mengenai pendidikan, selanjutnya adalah pembebasan. secara
etimologi, pembebasan berasal dari kata ” bebas” yang lepas sama sekali (tidak
terhalang, terganggu, dan sebagainya. sehingga dapat bergerak, berbicara,
berbuat dan sebagainya dengan leluasa. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami
bahwa ”bebas” merupakan situasi atau keadaan yang memungkinkan bergeraknya
suatu hal sesuai dengan yang dikehendaki tanpa adanya pemaksaan dari pihak
manapun. Kebebasan secara umum bertarti ketiadapaksaan. Akan tetapi, pembahasan
mengenai kebebasan bukanlah hal sepeleh. Lebih-lebih kebebasan yang melekat
pada diri manusia. Dalam menganalisa konsepsi kebebasan manusia tentu
membutuhkan penalaran lebih jauh. Pendidikan adalah penyokong utama kesadaran
dalam diri setiap manusia, maka dari situlah konsepsi pembebasan dibutuhkan.
Freire bertutur:
“Proses
pembebasan melibatkan arkeologi kesadaran, sehingga secara alamiah manusia
dapat membangun kesadaran baru yang sanggup merasakan keberadaan dirinya”
Kesadaran menjadi kunci utama dalam
proses membebaskan manusia dari belenggu penindasan. Penindasan yang dimaksud
adalah ketidaksadaran manusia akan kenyataan yang disekelilingnya adalah
rekayasa sosial semata Pendidikan humanisasi adalah suatu proyeksi pendidikan
yang berakar dari kegelisahan Freire mengenai sejumlah praktek pendidikan yang
tidak manusiawi (dehumanisasi). Kenyataan tersebut bukan tanpa sebab, hal itu
dapat dilihat dari maraknya praktek pendidikan yang terus mengalienasikan
pendidik dan peserta didik dari realitas sosial yang mereka hadapi. Selama ini
pendidikan di Indonesia mengalami proses yang sama dengan apa yang digambarkan
Freire, bahwa :
“Pendidikan karenanya menjadi sebuah kegiatan menabung, di mana para murid adalah celengan dan guru adalah penabungnya. Yang terjadi bukanlah proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pernyataan-pernyataan dan “mengisi tabungan” yang diterima, dihafal dan diulangi dengan patuh oleh para murid”
Pendidikan yang Belum Membebaskan
Di tengah pandemic
banyak masyarakat yang mengalami kekurangan disisi lain mereka harus di
hadapkan pada pendidikan yang mahal. Mahasiwa harus dibebankan dengan biaya
kampus yang mahal tanpa ada kompensasi dari kampus. Hal ini dilakukan karena
kampus juga membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan. Munculnya Undang-undang
tentang Badan Hukum Pendidikan juga mengindikasikan pendidikan telah masuk
dalam ranah bisnis. Tujuan pendidikan bukan hanya sekedar mencerdaskan anak
bangsa tetapi juga digunakan untuk mencari laba bagi kampus.
Pendidikan daring
merupakan salah satu perwujudan ketidakmampuan pemerintah dalam memberikan pendidikan
yang murah. Pendidikan daring tentunya membutuhkan sarana yang mahal mulai dari
gadget hingga paket data. Kampus telah memberikan kompensasi berupa subisidi
paket data tetapi sarana pendukung gadget masing-masing mahasiswa berbeda
sehingga berpenagruh terhadap proses belajar. Pendidikan daring hanya menguntungkan
kaum kelas atas sehingga pendidikan yang berkualitas hanya bisa dinikmati bagi
mereka yang mempunyai kekayaan. Masyarkat kelas bawah akan menjadi beban ganda
selain harus membayar biaya kampus juga harus dihadapakan pada letak geografis
rumah anak. Dalam proses belajar daring tetntuya membutuhkan ekosistem internet
yang merata hingga sampai pelosok negri. Dilain sisi kebutuhan internet
terbersar hanya bisa diakases diperkotaan.
Pembelajaran daring ini
memberikan banyak dampak banyak sekali, salah satunya beban tugas semakin
banyak karena dalam proses belajar pengajar hanya memberikan materi di grup dan
mahasiswa menyelasaikan tugas secara mandiri. Jika hal ini dilakukan terus
menerus maka akan memunculkan dampak yang buruk yakni meningkatnya depresi.
Pada saat melakukan pembejaran daring mahasiswa tidak melakukan interasi secara
langsung, selain itu tidak adanya pendamping sebagai percontohan bagi mahasiwa
membuat sikap empati dan rasa empati tidak muncul. Konsep Pualo Freire tentang manusia
yang terbebaskan, pendidikan harus bisa membesakan manusia dari kebodohan. Hal
ini dimaksudkan bahwa apa yang disampaikan pada kaum tertindas tidak
sekedar menjadi hiburan , dan juga bukan untuk terus menerus menentang kekuatan
yang obyektif (Mansyur,2014:66).
Bagi freire, program-program
pendidikan progresif seperti pendidikan orang dewasa, restrukturasi kurikulum, partispasi
masyarakat, dan seperangkat kebijakan demokratis sekolah harus dikerjakan.
Salah satu konsep yang menarik adalah pandangannya tentang bahwa pendidikan selalu marupakan tindakan
politis. Pendidikan selalu melibatkan hubungan sosial dan melibatkan pilihan-pilihan
politik. Yang jelas tatkala pendidikan selalu melibatkan hubungan yang erat
dengan sosial maka pendidikan akan memberikan pengaruh terhadap perubahan
sosial yang ada. Ketika masyarakat tetap dalam keadaan miskin mereka menjadi budak
para penguasa dan tidak berbuat
apa-apa kecuali menerima saja perlakuan dan penganiayaan tersebut disebut
pendidikan magis. Atau dengan kata lain konsep pendidikan magis adalah konsep
pendidikan ketika masyarakat menganggap bahwa nasib yang menimpa dirinya adalah
takdir yang sudah diatur oleh sang pencipta.
Pendidikan daring bukan
menjadi solusi yang terbaik untuk menciptakan pendidikan yang memebebaksan hal
ini karena mahasiwa tidak diberikan ruang untuk berdemokrasi dalam proses
belajar. Dalam kelas daring hubungan sosial tidak akan tercipta karena adanya
ruang yang berbeda. Selain itu, tidak adanya partisipasi dalam kelas juga
menimbulkan pendidikan semakin menindas. Pendidikan yang menindas dalam konteks
ini adalah mahasiswa dituntut untuk selau menyelasaikan tugas dengan mengesampingkan
proses hubungan sosial. Ketika hal ini dilakukan terus menerus maka tidak akan
muncul perubahan sosial yang ada. Pada
kasus mahasiwa baru yang masuk dalam perkuliahan tentunya tidak akan bisa
membantu banyak dalam hal hubungan sosial. Hubungan sosal yang dilakukan
hanyalah hubungan sosial semu yang muncul hanya ada suatu kebutuhan untuk
menyelasiakn tugas. Hubungan sosial yang terjalin lewat media pembelajaran sepetrti
WhatsApp, Zoom, Google meet,dll tidak akan mampu memunculkan perubahan sosial
yang ada karean dalam kelas daring tidak melibatkan partisipasi.
Tipe – Tipe Pendidikan Freire
Pendidikan magis
terjadi ketika mahasiwa tidak bisa berbuat apa-apa terhadap situasi saat ini sehingga
mereka menerima begitu saja pada kondisi yang menyulitkan (Topung,2017;94-95). Pendidikan
telah menjadi investasi masa depan bagi masyarakat sehingga meskipun biaya
mahal maka masyarakat akan menerima begitu saja. Konsep freire selanjutnya
tentang kesadaran naif yang menggangap bahwa masyarakat sudah paham dan
menegerti tentang segala carut marut
disekitarnya, tapi mereka tidak berbuat apa apa, bahkan apatis. Persoalan
tersebut dibiarkan begitu saja tanpa adanya kepedulian untuk keluar dari
persoalan tersebut bahkan menikmati walaupun mereka sadar akan menyebarkan
benih benih kesusahan dan tidak ada upaya sama sekali untuk keluar dari
persoalan tersebut.
Pendidikan daring lahir
dari adanya pandemic yang tak kunjung selesai. Masyarakat menyadari bahwa kelas
daring telah menimbulkan banyak masalah, jika kita berbicara pada lingkup
sekolahan sudah banyak anak dan orang tua yang mulai kebingungan akan sistem
ini. Orang tau murid dituntut untuk mendampingi anak belajar tidak jarang juga ikut
membantu tugas anak. Pekerjaan orang tau dirumah semakin bertambah dengan
adanya kelas daring dan membuat anak tidak bisa mandiri. Mereka menyadari akan
situasi saat ini sehingga memilih tidak mempedulikan kelas daring seperti ini.
Persoalan ini dibiarkan begitu saja sampai menunggau kebijakan pemerintah yang
baru untuk membuka pembejaran tatap muka. Pada situasi saat ini mahasiswa juga
mengalami masalah yang sama yakni tidak bisa berbuat apa-apa terhadap carut
marutnya pendidikan daring, dalam pemikiran mereka yang paling penting adalah
menyelasaiakn tugas.Untuk berfikir keluar dari situasi saat ini pun merekan
tidak akan ada waktu.
Untuk mengatasi masalah
ini pendidikan kritis hadir untuk membangkitkan kesadaran masyarakat untuk
peduli dan kritis terhadap segala persoalan yang terjadi dalam lingkungan
mereka sebut saja misalnya masalah kemiskinan maupun penindasan yang dilakukan
oleh penguasa. Caranya melalui sebuah pembangunan berfikir yang mampu
memecahkan persoalan-persoalan yang ada dalam dirinya yang selanjutnya dibenturkan dengan realitas dan bagaimana
kosntruksi masyarkat yang sedang membentuk mereka. Dalam pendidikan kritis yang
menjadi tujuan akhir adalah masyarkat dapat memiliki pandangan yang peka terhadap segala bentuk tindakan dari pihak penguasa
atas pihak yang dominan yang akan
menjadikan mereka sebagai pihak tertindas dan ditindas (Susanto,2016:94). Jika
kita melihat konsep ini tentunya pendidikan daring tidak akan mampu memberikan
kesadaran masyarakat untuk berfikir kritis. Terlalu banyak celah dalam pendidikan
daring sehingga tujuan pendidikan yang sebenarnya tidak akan tercapai. Sudah
hampir satu tahun pendidikan daring berjalan sehingga perlunya evaluasi dan
restrukturasi kurikulum yang ada. Pendidikan daring yang selama ini dilakukan
hanya akan membunuh kepekaan sosial yang ada sehingga akan memunculkan sikap apatis
terhadap situasi yang ada. Pendidikan yang selama ini kita lakukan sebenarnya
juga sudah kuno dimana peserta didik hanya dianggap botol kosong. Situasi ini
juga terjadi dalam kampus sehingga masih banyak mahasiswa untuk tidak berani
berfikir mandiri.
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil literasi dapat disimpulkan bahwa tipikial-tipikal pendiidkan yang ada
dalam proses pembelajaran daring yakni, pendidikan magis, pendidikan naif dan
pendidikan kritis. Pendidikan magis merupakam kondisi saat seseorang merasa tak
berdaya terhadap sistem yang muncul sehingga merasa bahwa yang terjadi selama
ini sudah kehendek Tuhan. Sedangkan pendidikan naif muncul ketika seseorang
sudah mengatahui tentang kondisi yang carut-marut dan memilih diam tanpa
memfikirkan solusi. Pendidikan kritis merupakan upaya membangkitkan kesadaran
kritis dengan cara memecahkan persoalan dalam dirinya dan dibenturkan dengan
kondisi saat ini.
Pendidikan daring bukan
menjadi solusi yang terbaik untuk menciptakan pendidikan yang memebebaksan hal
ini karena mahasiwa tidak diberikan ruang untuk berdemokrasi dalam proses
belajar. Dalam kelas daring hubungan sosial tidak akan tercipta karena adanya
ruang yang berbeda. Selain itu, tidak adanya partisipasi dalam kelas juga
menimbulkan pendidikan semakin menindas. Pendidikan yang menindas dalam konteks
ini adalah mahasiswa dituntut untuk selau menyelasaikan tugas dengan
mengesampingkan proses hubungan sosial. Dalam sebuah proses pendidikan hubungan
sosial yang diperlukan guna mengasah kepekaaan sosial peserta didika. Jika hal
ini tidak diperhatikan maka pendidikan akan melahirkan produk yang siap untuk
perusahaan bukan menjadi manusia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Datunsolang, Rinaldi.2017.Konsep Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Islam (Studi Pemikiran freire). Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. 5 (1) : 135-138
Eka Santika, Wayan. Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Daring. IVCEJ 3 (1) : 9-10
Fadhila Andhini, Nur.2020. Dampak pembelajaran Daring bagi Mahasiwa masa Pandemi Covid.;7
H. Maskyur, Mansyur. 2014. Pendidikan Ala “ Paulo Freire” sebuah renungan. Jurnal Ilmiah Solusi, 1 (1) : 66-68
Hutauruk,Agusmanto.2020.Kendala Pembalajaran Daring Selama masa Pandemi dikalangan Mahasiwa Pendidikan Matematika.SEPREN. 2 (1) :48-49
Jayul,Achmad dan Edi Irwanto. Model Pembelajaran Daring Sebagai Alternatif Proses Kegaiatan Belajar Pendidikan Jasmani di Tengah Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi., 6 (2) :190
Ningsih,Sulia.2020.Persepsi Mahasiswa terhadap Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19.JINOTEP.7 (2):124-126
Oktavian, Riskey dan Riantina Fitra. Efektifitas pembelajaran daring terinteggrasi di era pendidikan 4.0. Didaktis, 20 (2) :130
Sadikin, ali.2020. Pembelajarn Daring di Tengah Wabah covid-19. BIODIK, 16 (2), 215-216
Septian Syafrifudin,Albitar. Implementasi Pembelajaran Daring Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Sebagai Dampak Diterapkannya Social Distancing.METALUNGIA 5 (1) : 3
Karya: Yulianto Amsalis (Universitas Negeri Surabaya) yuliantoamsalis1@gmail.com |
0 komentar:
Posting Komentar