Senin, 30 November 2015

Georg Simmel (Diskusi Braindilog ke 4)

Tanggal : 27 Novembver 2015
Tokoh : Georg Simmel
Pemantik : Dani
Notulen : Annisa
Moderator : Iik

Moderator
Georg Simmel memiliki 4 teori besar yang akan dibahas yakni Pemikiran Dialektis, interaksi sosial, kebudayaan subjektif dan objektif. Seperti tokoh pemikiran dialektis lainnya Hegel dan Marx apakah terdapat perbedaan dari analisa Simmel tentang pemikiran dialektis ? dan bagaimana konsep interaksi sosial milik Simmel, apakah seperti Baudrillard tentang yang membahas adanya I and Me? Kemudian konsep terakhir  dari Simmel adalah studi kasus.

Pemantik :
Kehidupan Georg Simmel, beliau lahir pada tanggal 1 Maret 1858 di Berlin, tumbuh sebagai seorang yang menggeluti bidang filsafat di Universitas Berlin. Perjalanan karier Georg Simmel diawali dengan menjadi pengajar tidak tetap di Universitas Berlin dan tidak dibayar. Meskipun secara finansial tidak mendapatkan hasil yang setimpal, namun Simmel memiliki prestasi tersendiri, karena beliau dalam mengajar menyenangkan, mengangkat hal-hal yang baru dan hal ini membuat para mahasiswa menyukai gaya mengajar Simmel. Selain menjadi pengajar tidak tetap, Simmel juga menjadi private dosen untuk mahasiswa-mahasiswanya dengan bayaran yang cukup tinggi, sehingga perlahan kariernya mulai naik. Setelah mendapatkan gear doktoral, Simmel diangkat sebagai staff pengajar tetap di Universitas Berlin. Kondisi kemudian mulai berubah karena pada saat itu  di Jerman terjadi gerakan anti semitisme yang menyebabkan kaum Yahudi menjadi terpinggirkan. Alhasil Simmel pindah ke sebuah universitas kecil si Strasbourg pada tahun 1914, meskipun keadaan akademik disana tidak seperti di Jerman, bahkan mahasiswa-mahasiswa Simmel menyayangkan kepindahan Simmel dari Universitas Berlin. Karier Simmel di Strasbourg tidak berjalan mulus karena pada tahun tersebut terjadi Perang Dunia I yang memporak-porandakan kehidupan di Strasbourg sehingga berimbas pada karier Simmel yan terpaksa berhenti hingga beliau wafat pada tahun 1918.
Beberapa pokok perhatian Simmel adalah tentang pemikiran dialektis (gaya, kebudayaan objektif dan subj ektif), interaksi sosial, the philosophy of money, studi kasus.
Pemikiran dialektis Simmel memiliki kemiripan dengan Marx dan Weber, Simmel menangkap fakta namun mengkaji secara mikro dan lebih menganalisa secara psikologi. Misalnya adalah konsep tentang Gaya.
Gaya merupakan suatu esensi yang menarik dan dualistis. Gaya merupakan suatu bentuk relasi yang memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok. Gaya dikatakan sebagai proses historis, dimana pada tahap awal setiap orang akan menerima gaya, kemudian mulai memilah-milah mana yang cocok baginya, pada tahap akhir seseorang dapat saja melenceng dari gaya yang ada dan menciptakan gaya sendiri. Gaya juga bersifat dialektis, dimana persebaran gaya dinilai sebagai sebuah keberhasilan yang berujung pada kegagalan. Adanya perbedaanlah yang menyebabkan kecocokan, semakin banyak orang yang menerima maka gaya akan kehilangan daya tariknya. Dan sebagai wujud dualitas, gaya juga digunakan sebagai upaya untuk keluar dari gaya. Secara garis besar, gaya merupakan fenomena mikro yang menjadi kajian pemikiran dialektis Simmel.
Kesadaran objektif dan kesadaran subjektif. Kesadaran objektif menurut Simmel adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia, seperti barang, benda, iptek, budaya, dll. Kesadaran subjektif adalah kemampuan manusia untuk menggunakan, mengelola dan menguasai hasil dari kebudayaan objektif.

Termin diskusi
Iik : kapan suatu kebudayaan dikatakan sebagai kebudayaan subjektif dan kebudayaan objektif ?
Dani : Kebudayaan dikatakan sebagai kebudayaan objektif adalah saat “aku menciptakan sesuatu” , dan kebudayaan subjektif adalah saat “ aku menggunakan sesuatu”. Bukan pada kapan, tapi pada apa yang dilakukan, jika menciptakan maka hasilnya berupa kebudayaan onjektif dan apabila menggunakan maka hasilnya adalan pemanfaatan hasil manusia (kebudayaan subjektif).

Pemantik
Kesadaran individu, menurut Simmel basis dari kehidupan sosial adalah individu atau kelompok yang sadar dan berinteraksi satu sama lain untuk beragam motif, tujuan dan kepentingan. Sehingga disini, kesadaran individu akan terus terjadi selama terdapat bentuk interaksi, menurut Simmel masyarakat bukan hanya perwujudan dari nilai-nilai yang ada di luar dari dirinya, melainkan sebagai bentuk representasi diri atas berbagai pengetahuan maupun pengalaman yang ada daam dirinya. Seseorang dikatakan menggunaan kesadaran individunya adalah saat manusia sebagai aktor dapat mengambil dorongan eksternal, menjajaki, dan memutuskan tindakan apa yang sebaiknya dilakukan melalui kemampuan internal yang dimiliki.
Interaksi sosial. Simmel cukup tertarik dengan adanya interksi, salah satunya adalah mengenai geometri sosial. Geometri relasi sosial melihat dampak jumlah dan jarak terhadap kualitas interaksi sosial. Menurut Simmel terdapat dua konsep yag berkaitan dengan geometri sosial, yakni dyad dan triad.
Dyad adalah kelompok yang terdiri dari dua orang. Sedangkan triad adalah kelompok yang terdiri dari 3 orang. Tambahan orang ketiga dalam suatu kelompok mengakibatkan perubahan yang radikal dan fundamental. Pola tambahan orang ke empat, lima dst hampir sama dengan keberadaan orang ketiga. Dyad memiliki ciri tidak memperoleh makna di luar dua individu yang ada di dalamnya, level individualitas tinggi dan mudah dipisahkan, tidak ada struktur kelompok independen. Triad memiliki ciri, memungkinkan orang di dalam kelompok mendapatkan makna diluar mereka sendiri, terciptanya struktur kelompok independen, kehadiran orang ketiga merupakan ancaman bagi kondisi individualitas anggotanya, namun kemunculan orang ketiga bisa berperan sebagai mediasi jika terjadi perselisihan namun juga bisa memanfaatkan situasi yang sedang terjadi diantara anggota kelompok lainya.  Kaitannya dengan jumlah kelompok, bahwa semakin besar jumlah kelompok maka semakin kecil kontrol sosialnya, dan semakin kecil kelompok maka semakin terikat kontrol sosialnya.
Superordinasi dan subordinat merupakan relasi dominasi yang saling timbal balik, menurut Simmel bahwa Superordinasi bisa saja mengambil secara penuh independensi pihak yang tersubordinasi, namun pihak suborniasi masih memiliki kebebasan dan pihak superordinasi menghendaki adanya insiatif yang datang dari pihak subordinasi. Keduanya merupakan hubungan timbal balik.

Termin diskusi
Iik : Apakah Simmel itu bukan tokoh sosiologi klasik? Karena ranah bahasannya bersifat psikologis? Sedangkan Sigmund Freud di membahas psikologi tapi kenapa tidak dimasukan ke dalam salah satu tokoh sosiologi ? sedangkan yang kita tahu bahwa sosiologi bersifat fakta sosial dan empiris.
Dani : Simmel melihat masyarakat lebih ke individu, jadi tidak dapat dikatakan sepenuhnya dia mengkaji tentang psikologi, hanya ketertarikan Simmel memang di ranah yang berlevel mikro.
Marina : Menurut Sigmund Freud bahwa antara psikologi, sosiologi dan histori merupakan tiga cabang ilmu yang saing berkaitan dan tidak bisa lepas, karena masing-masing dari keilmuan ini menciptakan sebuah irisan dan pada irisan itulah terdapat kaitan antara ketiganya.
Dani : setuju dengan Marina bahwa selalu ada irisan antara psikologi dan sosiologi, dan mungkin di ranah tersebutlah Simmel menggunakal analysis frame untuk mengkaji berbagai ketertarikannya.
Alan : hal yang berlevel mikro itu ranahnya psikologi
Tari : Psikologi dan Sosiologi itu sama-sama objeknya adalah manusia. Bedanya psikologi membahas sesuatu yang tidak nampak dari individu yakni emosi, jiwa, karakter, dll. Sedangkan sosiologi lebih membahas hal yang nampak dari individu/ kelompok yakni aksi, interaksi, konflik, dll

Pemantik
Teori of Money. Dalam teori yang berkaitan dengan uang ini, Simmel sedikit menggunakan sentuhan Marxis karena melihat uang sebagai sebuah fenomena kapitalistik. Simmel mengkaji uang yang bertransformasi menjadi sebuah nilai. Jadi segala hal yang dapat dinilai harganya menggunakan parameter uang. Subjek yang dalam melakukan usahananya untuk menjangkau objek memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi maka dikatakan memiliki nilai yang besar, dan nilai yang besar ini dapat diuangkan menjadi pendapatan yang lebih besar. Namun terdapat beberapa hal dialektis yang kemudian muncul dari bagaimana uang bertransformasi menjadi nilai, kaitannya dengan usaha maka jarak juga ikut memberikan pengaruh. Kemampuan seseorang atau subjek dalam mengjangkau objek dilihat dari jaraknya, sesuatu yang berjarak terlalu dekat maka tidak akan memiliki nilai, demikian pula dengan sesuatu yang berjarak terlalu jauh maka nilainya pun  akan hilang karena terlampau tidak bisa dijangkau.

Termin diskusi
Iik : ada gigitan dari Karl Marx ya tentang kapitalisme ?
Dani : Iya betul, hanya saja Simmel membuatnya lebih halus seakan menyembungikan kapitalisme dalam wadah transformasi uang menjadi nilai.
Erna : apakah ada kaitannya antara uang dengan perilaku ?
Dani : iya mempengaruhi. Misalnya dilihat dari profesi Doktor dan PNS, dokter memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan PNS, sehingga Dokter memiliki uang yang lebih banyak, tentu saja hal tersebut berhubungan dengan perilakunya.
Syamsul : Ada peristiwa dimana buruh berdemo besar-besaran untuk menuntun gaji, sedangkan bidan, dokter, guru merasa hal tersebut tidak perlu dilakukan oleh mereka, mereka cenderung menerima hasil yang mereka miliki. Meskipun harga atau gaji yang didapatkan tidak jauh beda dengan standar upah buruh.
Dani : karena ada nilai lain yang dimiliki Bidan dibandingkan dengan Buruh, profesi Bidan menempati posisi yang lebih tinggi dibandingkan buruh, sehinhgga mereka memiliki prestige yang lebih baik.

Pemantik
Tragedi kebudayaan. Kaitannya dengan Theory of Money, dimana uang menjadi parameter untuk mengukur nilai sesuatu. Tragedi kebudayaan pun ikut mengiringi, dimana terciptanya segmentasi, pembagian kerja, terciptanya spesialisasi sehingga kekuatan intelektual semakin mempertegas posisi seseorang melalui pelapisan tersebut. Hal ini termasuk dalam bentuk kapitalisme dan imperalisme yang berbalut pada intelektual, sehingga kemampuan seseorang dalam hal ilmu merupakan sebuah komodifikasi sehingga laku di pasar dunia kerja.
Studi kasus. Simmel memiliki konsep atas studi kasus yang menarik dan berbeda dari yang lain, dimana studi kasus menurut Simmel dapat diuraikan sebagai sebuah spesifik atau kerahasiaan. Simmel mengatakan bahwa interaksi tidak mungkin terjadi apabila antara orang yang satu dengan yang lainnya tidak saling mengetahui sesuatu hal dari lawan interaksi mereka. Padahal orang akan menyembunyikan kerahasiaannya dari pihak luar dan pihak luar selalu berusaha untuk mengungkapkan rahasia itu dengan cara tertentu. Jadi menurut Simmel, sebuah kasus dapat saja dibuka karena setiap orang memiliki potongan-potongan petunjuk yang dapat mengurai suatu kasus, dan dengan ini Simmel menggunakan premis tersebut sebagai studi kasus.

Termin diskusi
Nala : Tragedi kebudayaan itu lebih menghargai intelektualitas, seperti kasus adanya ijazah abal-abal dan prosesi wisuda abal-abal. Pendidikan di Indonesia memberikan akses yang besar hanya pada kaum yang memiliki intelektualitas tinggi, kita terlalu memberikan nilai yang mahal terhadap pendidikan bagaimana kita bisa menebus dosa pendidikan, yakni dengan memfasilitasi bagi semua orang yang ingin mengakses ke dunia pendidikan.
Dani : setuju dengan pernyataan mbak Nala, karena sejauh ini spesialisasi kerja menuntut kompetensi di bidang intelektualitas sehingga pendidikan menjadi sesuatu yang bernilai dan bahkan di perjualbelikan.

0 komentar:

Posting Komentar