Rabu, 25 November 2015

Max Weber


Biografi
Max Weber lahir pada tanggal 21 April 1864 di Erfurt, Thuringia (Jerman Timur). Weber merupakan anak sulung dari keluarga terpandang yang memiliki penilaian tinggi pada pendidikan dan kebudayaan. Dari kecil Weber telah terbiasa membaca berbagai literatur. Pada usia 14 tahun, Weber telah membaca hasil karya Homer, Virgil dan Livy dalam bentuk aslinya secara lancar. Setelah Gymnasium (setingkat SMA), Weber telah membaca 14 jilid karya Goethe edisi Weimar; menyajikan hasil karya Shakespeare dalam bahasa Inggris; dan mengulas hasil karya Spinoza, Schopenhauer dan Kant. Weber sempat mengambil kuliah di Fakultas Hukum Universitas Heidelberg selama tiga tahun. Selain hukum, Weber tertarik mempelajari Filsafat, Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi.
Weber lahir di keluarga yang saling bertolak belakang. Ayahnya adalah seorang birokrat yang cenderung mencintai dunia dan berhasil mencapai posisi politis yang penting. Sedangkan Ibunya adalah pemeluk Calvinis (Protestan) yang sangat taat dengan menjalankan kehidupan asketis (menjauhi dunia). Latar belakang keluarganya yang sangat berbeda membentuk pola berfikir dan sikap Weber. Awalnya Weber mengikuti jejak sang Ayah dengan gaya hidup yang jauh dari idealisme, setelah mengikuti wajib militer, Weber mengikuti jejak sang Ibu yang tertarik dengan dunia asketisme.
Methodological Essay (1902)

Verstehen
Methodological Essay (1902) adalah tulisan pertama Weber. Di dalam tulisannya, Weber menjelaskan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang berupaya untuk memahami tindakan sosial. Upaya (metode) untuk memahami tindakan sosial tersebut dikenal dengan Verstehen. Verstehen berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai makna pengertian atau pemahaman (understanding).
Metode Verstehen diadopsi dari metode Hermeneutika. Metode Hermeneutika sendiri merupakan pendekatan khusus untuk memahami dan menafsirkan apa yang terkandung di dalam suatu tulisan atau teks. Weber ingin menerapkan metode Hermeneutika untuk menafsirkan makna dibalik tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu maupun sosial.
Melalui tulisannya, Weber membahas mengenai penggunaan metode verstehen untuk menjelaskan mengenai konsep tindakan sosial. Berbeda dari kaum fungsionalis dengan fungsi laten dan manifesnya; serta kaum Marxis dengan kesadaran palsunya yang melihat bahwa struktur sosial mempengaruhi tindakan sosial. Weber justru melihat bahwa struktur terbentuk karena adanya tindakan sosial yang dilakukan individu. Dengan kata lain, struktur sosial adalah produk dari tindakan-tindakan sosial individu.

Tindakan Sosial 
Tindakan adalah perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya. Tindakan sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain. Tindakan dikatakan tindakan sosial jika dilakukan sebagai bentuk interaksi dan komunikasi terhadap individu yang lain.
Tahapan tindakan sosial adalah adanya kehendak dari individu _ ada sasaran yang dituju oleh individu _ ada kegiatan memperhitungkan keadaan _ melakukan tindakan sosial.Tujuan dari memahami tindakan sosial adalah memahami realitas sosial yang dihasilkan oleh tindakan sosial sehingga dapat menjelaskan mengenai mengapa manusia menentukan pilihan.

Rasionalitas 
Di beberapa literatur menyebutkan bahwa definisi tindakan dan rasionalitas adalah sama. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa rasionalitas adalah alasan dibalik tindakan atau alasan manusia menentukan pilihan.
Rasionalitas meliputi alat (means) yang menjadi sasaran utama serta tujuan (ends) yang meliputi aspek kultural. Orang yang memiliki pola pikir rasional akan memilih alat mana yang paling benar untuk mencapai tujuannya.
Rasionalitas terbagi menjadi empat macam: 1.) rasional tradisional 2.) rasional afektif 3.) rasional berorientasi nilai 4.) rasional instrumental. Rasional tradisional dan rasional afektif termasuk jenis rasional yang irasional. Sedangkan rasional berorientasi nilai dan rasional instrumental termasuk jenis rasional yang rasional.
Rasional tradisional merupakan tipe rasionalitas yang memperjuangkan nilai yang berasal dari tradisi kehidupan masyarakat. contoh dari tindakan rasional tradisional adalah upacara melarung kepala kerbau ke laut sebagai simbol perwujudan syukur dari masyarakat nelayan (pesisir) kepada penguasa laut. Tindakan rasional tradisional ini didasarkan nilai tradisi masyarakat pesisir yang dilakukan turun-temurun dan masih berlaku sampai sekarang.
Rasional afektif adalah tipe rasionalitas yang bermuara dalam hubungan emosi atau perasaan yang sangat mendalam. Sehingga ada hubungan khusus yang tidak dapat diterangkan di luar lingkaran tersebut. Contoh dari tindakan rasional afektif adalah perasaan cinta dan kasih sayang yang dimiliki orang tua kepada anaknya. Meskipun bisa jadi anaknya tidak berbakti kepada orang tuanya; atau mungkin anaknya mengecewakan orang tuanya, tetapi orang tua tersebut tetap mencurahkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya.
Rasional yang berorientasi pada nilai melihat nilai sebagai potensi atau tujuan hidup meskipun tujuan itu tidak nyata dalam kehidupan keseharian. Contoh dari tindakan rasional yang berorientasi pada nilai adalah seseorang yang mempertahankan ideologi berupa kejujuran ditengah sistem kerja di lingkungannya yang korup. Tindakan yang dilakukan berupa tidak menerima gratifikasi dsb.
Rasionalitas instrumental adalah rasionalitas yang paling tinggi. Manusia tidak hanya menentukan tujuan hidupnya yang ingin dicapai. Tetapi juga telah mampu menentukan alat/ instrumen yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Contoh dari rasional instrumental adalah seseorang dari status sosial rendah ingin berubah ke status sosial tinggi. Orang tersebut menggunakan saluran mobilitas sosial berupa pendidikan. Dengan menggunakan pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut, orang tersebut berhasil menduduki status sosial yang menjadi tujuannya.

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1902-1904)
Salah satu karya tulis dari Weber yang terkenal adalah the Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Di dalam karya tulis itu, Weber memperkenalkan konsep mengenai kausalitas.Kausalitas adalah hukum sebab-akibat, suatu peristiwa akan disusul dan disertai oleh peristiwa lain. Konsep kausalitas berbeda dengan konsep dialektika dari Marx dimana ada hubungan  timbal-balik atau dialogis antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain.
Karena latar belakang pendidikan dan pengetahuan Weber yang beranekaragam, Weber juga menerapkan dalam melihat kausalitas. Tidak hanya satu kausalitas yang bisa digunakan untuk memahami tindakan sosial, tetapi Weber menggunakan pendekatan multi sebab dari faktor sosial berupa ekonomi, politik, organisasi, agama, stratifikasi sosial, masyarakat dan lainnya.
Konsep kausalitas inilah yang digunakan Weber untuk melihat Kapitalisme. Menurut Weber, salah satu penyebab munculnya kapitalisme di Eropa Barat berasal dari ajaran protestan sekte kalvinis.Etika protestan mengajarkan kepada manusia jika ingin dicintai Tuhan harus memakmurkan bumi yang ditempatinya. Cara untuk memakmurkan bumi adalah dengan bekerja keras. Dengan menerapkan etos kerja yang tinggi, penganut Kalvinisme kebanyakan menjadi sukses. Kesuksesan itu terus terakumulasi karena ajaran kalvinisme juga menuntut untuk hidup hemat sehingga keuntungan yang di dapat dari bekerja tidak digunakan untuk foya-foya.
Dengan adanya etos kerja yang tinggi yang menjadi tindakan rasionalitas yang dilakukan oleh pengikut kalvinisme, menjadi salah satu dari faktor penyebab munculnya kapitalisme modern.
Economy and Society (1910-1914)

Stratifikasi Sosial (Kelas, Status, Partai)
Weber dan Marx mempunyai pandangan yang sama mengenai stratifikasi sosial, yaitu ada hubungan tidak setara sebagai sentral kehdupan manusia; dan tidak ada masyarakat yang tanpa kelas. Bedanya, jika Marx lebih menekankan ketidaksetaraan kelas dalam bidang ekonomi. Weber melihat tiga bentuk ketidaksetaraan, yaitu berdasarkan ekonomi (Kelas), sosial (Status) dan politik (Partai).
Kelas adalah kelompok orang yang ditemukan di dalam situasi stratifikasi ekonomi yang sama. Pembagian kelas berdasarkan kepemilikan alat-alat produksi.Sedangkan status mengandung prestige tertentu. Status berhubungan dengan gaya hidup dalam hubungan sosialnya dengan anggota komunitasnya. Status dilihat dari cara individu tersebut melakukan konsumsi.Yang ketiga, stratifikasi kekuasaan didasarkan pada partai-partai yang menjadi sumber keuntungan signifikan anggota kelas. Partai merupakan struktur yang berjuang untuk mendapatkan dominasi.

Dominasi dan Wewenang
Dominasi merupakan wilayah kajian kekuasaan yang dibahas lebih spesifik oleh Weber. Dominasi adalah kedudukan yang tidak sama dan tidak seimbang di dalam kelas, status, kekuasaan dan yang lainnya. Wewenang adalah salah satu bentuk dominasi yang sah dan diakui oleh anggota masyarakat atau komunitas. Wewenang (authority) adalah suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijakan, menentukan keputusan mengenai masalah penting, atau untuk menyelesaikan pertentangan.
Wewenang dibagi menjadi tiga, Wewenang karismatik: berdasarkan karisma/ kemampuan khusus (wahyu). Contoh: Nabi, Rasul, Rahib, Santa. Wewenang Tradisional: dimiliki oleh anggota kelompok yang sudah lama sekali mempunyai kekuasaan yang telah melembaga. Ada kesetiaan dan kepatuhan dari anggota kepada pemimpin kekuasaan. Contoh: Raja Kasultanan Ngayogyakarta. Wewenang Legal-Rasional: berdasarkan sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat. ditaati oleh masyarakat dan diperkuat oleh negara. Contoh: Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Surakarta.

Birokrasi
Menurut Weber, Birokrasi adalah alat yang paling rasional yang diketahui bagi pelaksaan otoritas atau wewenang atas manusia. Jika wewenang yang paling rasional adalah legal-rasional, maka alat yang paling rasional adalah birokrasi. Birokrasi yang paling ideal adalah organisasi. Birokrasi mempunyai unit dasar berupa jabatan yang diatur secara hirarkis; ada aturan, fungsi, dan dokumen tertulis; serta ada alat pemaksa.

Referensi
Giddens, Anthony, dkk. 2004. Sosiologi: Sejarah dan Berbagai Pemikiranya. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Jones, Pip. 2010. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Pustaka Obor.
Soekanto, Soerjono. 1984. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Rajawali.
Soekanto, Soerjono. 2011. Mengenal 7 Tokoh Sosiologi. Jakarta: Grafindo

0 komentar:

Posting Komentar