Jumat, 06 November 2015

Review Diskusi Tokoh Aguste Comte

AUGUSTE COMTE ( 1798 – 1857 )
_
Sekilas tentang Auguste Comte
Memiliki nama panjang Isidore Auguste Marie Francois Xavier Comte, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Auguste Comte, yang juga sebagai sosok Bapak Sosiologi. Auguste Comte lahir di Montpelier, Perancis, pada 19 Januari 1798, dan meninggal pada tanggal 5 September 1857. Comte lahir di keluarga kelas menengah. Meskipun dia adalah mahasiswa yang terlalu cepat dewasa, Comte tidak pernah menerima gelar tingkat perguruan tinggi. Comte pernah kuliah di Ecole Polytechnique, namun dia dikeluarkan karena sikap pemberontakannya dan ide-ide politis darinya.
Pengusiran itu mempunyai efek sebaliknya pada karier akademik Comte. Ia menjadi sekretaris dan anak angkat Claude Henri Saint-Simon, seorang filsuf senior Comte yang waktu itu berusia 40 tahun dan waktu itu Comte muda berusia 19 tahun. Comte dan Simon bekerja sama dengan erat selama bertahun-tahun dan Comte sangat memiliki hutang budi yang sangat besar kepada Saint-Simon. Comte sangat terpengaruh secara intelektual oleh Saint-Simon. Pemikirannya menjadi berkembang karena pemikiran-pemikiran dari Saint-Simon.
Namun pada akhirnya mereka berdua mengalami pertengkaran dan perpecahan, karena Comte percaya bahwa Saint-Simon ingin menghilangkan nama Comte dari salah satu kontribusinya. Lalu Comte menulis mengenai hubungannya dengan Saint-Simon sebagai hubungan “pembawa bencana” dan melukiskan Saint-Simon sebagai seorang “pesulap yang merusak”. Comte berkata tentang Saint-Simon bahwa dirinya sudah tidak lagi memiliki hutang apapun kepada Saint-Simon sebagai orang yang sangat terkemuka pada saat itu.
Heilbron (1995) melukiskan Comte sebagai pria pendek (mungkin lima kaki, dua inci) atau tingginya sekitar kurang lebih 157 cm, agak juling, dan sangat resah di dalam situasi-situasi sosial, khususnya situasi yang melibatkan wanita. Istrinya Caroline Massin adalah anak haram yang kemudian disebut Comte sebagai “pelacur”. Keresahaan pribadinya kontras dengan keyakinan Comte akan kecakapan intelektualnya sendiri, dan tampaknya rasa harga dirinya cukup mantap.
Ingatan Comte yang luar biasa sangat terkenal. Diberkati dengan ingatan fotografis dia dapat mengeja kata-kata setiap halaman buku yang baru sekali dia baca. Daya konsentrasinya sedemikian rupa sehingga dia mampu menguraikan dengan ringkas isi sebuah buku tanpa menuliskannya. Kuliah-kuliahnya semuanya disampaikan tanpa catatan. Ketika duduk untuk menulis buku-bukunya, dia menulis segalanya berdasarkan ingatan.
Mengenai kematian Comte yang dikatakan meninggal dalam keadaan gila memang disebabkan karena dia memiliki masalah-masalah mental. Pada 1826, Comte menyiapkan suatu skema yang dia gunakan untuk menyampaikan serangkaian dari tujuh puluh dua kuliah publik (yang dilaksanakan di apartemennya) mengenai kuliah filsafat. Kuliah itu menarik perhatian para pendengar terpandang, tetapi setelah melaksanakan tiga kuliah, Comte menderita gangguan syaraf dan kuliah dihentikan. Dia terus menderita akibat masalah-masalah mental, dan pernah melakukan percobaan bunuh diri (tetapi gagal) dengan melemparkan dirinya ke dalam Sungai Seine.
Ada beberapa karya Comte yang sangat terkenal di antaranya yaitu, Cours de Philosophie Positive yang terdiri dari enam volume yang membuatnya termasyur. Di dalam karyanya itu, Comte menguraikan garis besar pandangannya bahwa sosiologi adalah ilmu terakhir. Karyanya yang lain yaitu, System de Politique Positive yang terdiri dari empat volume, di mana isinya mempunyai maksud yang lebih praktis, yang menyajikan suatu rencana besar untuk pengorganisasian kembali masyarakat.

Konsep-konsep Teori Auguste Comte
Revolusi Perancis 1789 abad ke-18 dan abad ke-19, menyebabkan dampak terhadap bangkitnya teori-teori sosiologis. Dampak Revolusi Perancis sangat besar dan menghasilkan dampak positif. Akan tetapi, kemudian yang menarik perhatian oleh para teoritisi yaitu, dampak-dampak negatif yang ditimbulkan yang telah merubah tatanan masyarakat pada waktu itu. Mereka dipersatukan oleh hasrat untuk memulihkan tatanan masyarakat, yang kemudian muncullah para teoritisi sosiologi klasik pada waktu itu, antara lain; Auguste Comte, Emile Durkheim, Talcott Parsons.
Comte mengembangkan pengetahuan yang disebut fisika sosial. Dia juga yang pertama mengenalkan istilah sosiologi, maka dari itu Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi. Pandangan ilmiah Comte yaitu mengenai “positivisme” atau filsafat positif. dari fisika sosial, Comte memodelkan sosiologi menurut “ilmu-ilmu keras”. Ilmu ini kelak menurutnya akan menjadi ilmu yang dominan, seperti berkenaan dengan statika sosial atau dinamika sosial (perubahan sosial). Menurut Comte, dinamika sosial lebih penting daripada statika sosial, karena dengan adanya perubahan akan mencerminkan pada pembaruan sosial. Comte fokus pada perubahan sesuai dengan minatnya akan pembaruan sosial yang terjadi.
Konsep yang paling terkenal dari Auguste Comte adalah mengenai “teori evolusioner” tentang hukum tiga tahap yaitu, tahap teologis, tahap metafisik, dan tahap positivistik. Comte mengusulkan bahwa ada tiga tahap intelektual yang dilalui di sepanjang sejarah dunia, yang akan berpengaruh pada dunia, dan di dalamnya yang lebih inti, yaitu: kelompok-kelompok, masyarakat, ilmu, individu, dan bahkan pikiran. Mengenai hukum tiga tahap yang diusulkan Comte, untuk pengertian yang pertama yaitu, tahap teologis. Tahap teologis ini menurutnya terjadi pada tahun 1300. Pada tahapan teologis ini, penekanannya yakni mengenai kepercayaan bahwa akar dari segala sesuatu adalah disebabkan oleh kekuatan-kekuatan supernatural dan tokoh-tokoh agamis yang diteladani oleh manusia. Secara khusus, dunia sosial dan fisik dianggap dihasilkan oleh Tuhan. Tahap yang kedua yaitu, tahap metafisik. Pada tahapan ini ditandai oleh kepercayaan bahwa daya-daya abstrak seperti “alam”, memiliki kekuatan ghaib, dipercaya sebagai dewa dan diagung-agungkan. Tahap yang terakhir yaitu, tahap positivistik. Pada tahapan ini ditandai oleh kepercayaan pada ilmu pengetahuan. Segala hal dikaji secara ilmiah dengan mengedepankan fakta-fakta sosial yang bersifat empiris. Memusatkan perhatian pada pengamatan dunia sosial dan fisik untuk mencari hukum-hukum yang mengaturnya. Hal ini harus bersumber pada penelitian-penelitian dan pengamatan untuk menguak segala hal.
Menurut Comte, “kekacauan intelektual adalah penyebab kekacauan sosial”. kekacauan berasal dari sistem-sistem ide yang lebih awal (teologis dan metafisik) yang masih berlanjut ke dalam zaman positivistik (ilmiah). Menurut Comte, pergolakan sosial baru akan berhenti bila positivisme telah mendapat kendali total. Dengan sosiologi, dapat mempercepat kedatangan positivisme, sehingga membawa keteraturan kepada dunia sosial.
Pendirian Auguste Comte bagi perkembangan sosiologi klasik. Sebenarnya ada beberapa konsep yang diusung Comte dalam perkembangan ilmu sosial. Konsep teori Auguste Comte yaitu, antara lain: Konservatif dasar, Reformisme, Saintisme, dan Pandangan Evolusionernya mengenai dunia (Hukum Tiga Tahap).
Comte menekankan pada perlunya melakukan teorisasi abstrak dan turun ke lapangan dan melakukan riset sosiologis. Melakukan pengamatan, eksperimentasi, dan analisis historis komparatif. Comte percaya bahwa pada akhirnya sosiologi akan menjadi kekuatan ilmiah yang dominan di dunia karena kemampuan khasnya untuk menafsirkan hukum-hukum sosial dan untuk mengembangkan pembaruan-pembaruan yang ditujukan untuk memperbaiki masalah-masalah yang ada di dalam sistem.
Comte berada di garis terdepan perkembangan sosiologi positivistik. Positivisme Comte menekankan bahwa, “semesta sosial selaras dengan perkembangan hukum-hukum abstrak yang dapat diuji melalui penghimpunan data yang cermat”, dan “hukum-hukum abstrak itu akan menunjukkan sifat-sifat dasar dan umum semesta sosial dan akan merinci ‘hubungan-hubungan alamiah’-nya”.
Konsep-konsep Teori Auguste Comte
Revolusi Perancis 1789 abad ke-18 dan abad ke-19, menyebabkan dampak terhadap bangkitnya teori-teori sosiologis. Dampak Revolusi Perancis sangat besar dan menghasilkan dampak positif. Akan tetapi, kemudian yang menarik perhatian oleh para teoritisi yaitu, dampak-dampak negatif yang ditimbulkan yang telah merubah tatanan masyarakat pada waktu itu. Mereka dipersatukan oleh hasrat untuk memulihkan tatanan masyarakat, yang kemudian muncullah para teoritisi sosiologi klasik pada waktu itu, antara lain; Auguste Comte, Emile Durkheim, Talcott Parsons.
Comte mengembangkan pengetahuan yang disebut fisika sosial. Dia juga yang pertama mengenalkan istilah sosiologi, maka dari itu Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi. Pandangan ilmiah Comte yaitu mengenai “positivisme” atau filsafat positif. dari fisika sosial, Comte memodelkan sosiologi menurut “ilmu-ilmu keras”. Ilmu ini kelak menurutnya akan menjadi ilmu yang dominan, seperti berkenaan dengan statika sosial atau dinamika sosial (perubahan sosial). Menurut Comte, dinamika sosial lebih penting daripada statika sosial, karena dengan adanya perubahan akan mencerminkan pada pembaruan sosial. Comte fokus pada perubahan sesuai dengan minatnya akan pembaruan sosial yang terjadi.
Konsep yang paling terkenal dari Auguste Comte adalah mengenai “teori evolusioner” tentang hukum tiga tahap yaitu, tahap teologis, tahap metafisik, dan tahap positivistik. Comte mengusulkan bahwa ada tiga tahap intelektual yang dilalui di sepanjang sejarah dunia, yang akan berpengaruh pada dunia, dan di dalamnya yang lebih inti, yaitu: kelompok-kelompok, masyarakat, ilmu, individu, dan bahkan pikiran. Mengenai hukum tiga tahap yang diusulkan Comte, untuk pengertian yang pertama yaitu, tahap teologis. Tahap teologis ini menurutnya terjadi pada tahun 1300. Pada tahapan teologis ini, penekanannya yakni mengenai kepercayaan bahwa akar dari segala sesuatu adalah disebabkan oleh kekuatan-kekuatan supernatural dan tokoh-tokoh agamis yang diteladani oleh manusia. Secara khusus, dunia sosial dan fisik dianggap dihasilkan oleh Tuhan. Tahap yang kedua yaitu, tahap metafisik. Pada tahapan ini ditandai oleh kepercayaan bahwa daya-daya abstrak seperti “alam”, memiliki kekuatan ghaib, dipercaya sebagai dewa dan diagung-agungkan. Tahap yang terakhir yaitu, tahap positivistik. Pada tahapan ini ditandai oleh kepercayaan pada ilmu pengetahuan. Segala hal dikaji secara ilmiah dengan mengedepankan fakta-fakta sosial yang bersifat empiris. Memusatkan perhatian pada pengamatan dunia sosial dan fisik untuk mencari hukum-hukum yang mengaturnya. Hal ini harus bersumber pada penelitian-penelitian dan pengamatan untuk menguak segala hal.
Menurut Comte, “kekacauan intelektual adalah penyebab kekacauan sosial”. kekacauan berasal dari sistem-sistem ide yang lebih awal (teologis dan metafisik) yang masih berlanjut ke dalam zaman positivistik (ilmiah). Menurut Comte, pergolakan sosial baru akan berhenti bila positivisme telah mendapat kendali total. Dengan sosiologi, dapat mempercepat kedatangan positivisme, sehingga membawa keteraturan kepada dunia sosial.
Pendirian Auguste Comte bagi perkembangan sosiologi klasik. Sebenarnya ada beberapa konsep yang diusung Comte dalam perkembangan ilmu sosial. Konsep teori Auguste Comte yaitu, antara lain: Konservatif dasar, Reformisme, Saintisme, dan Pandangan Evolusionernya mengenai dunia (Hukum Tiga Tahap).
Comte menekankan pada perlunya melakukan teorisasi abstrak dan turun ke lapangan dan melakukan riset sosiologis. Melakukan pengamatan, eksperimentasi, dan analisis historis komparatif. Comte percaya bahwa pada akhirnya sosiologi akan menjadi kekuatan ilmiah yang dominan di dunia karena kemampuan khasnya untuk menafsirkan hukum-hukum sosial dan untuk mengembangkan pembaruan-pembaruan yang ditujukan untuk memperbaiki masalah-masalah yang ada di dalam sistem.
Comte berada di garis terdepan perkembangan sosiologi positivistik. Positivisme Comte menekankan bahwa, “semesta sosial selaras dengan perkembangan hukum-hukum abstrak yang dapat diuji melalui penghimpunan data yang cermat”, dan “hukum-hukum abstrak itu akan menunjukkan sifat-sifat dasar dan umum semesta sosial dan akan merinci ‘hubungan-hubungan alamiah’-nya”.

Pemikiran-pemikiran comte

A. Hukum Tiga tahap perkembangan evolusi dunia

Teologi, Metafisika, dan Positivisme

Misalnya masyarakat pada zaman dahulu ketika akan berlayar atau melaut melakukan pemujaan dan menaruh sesaji di pohon atau tempat tempat yang dianggap keramat (teologi), tetapi ternyata tetap saja kapalnya tenggelam dan ketika terjadi bencana tempat-tempat pemujaan tersebut juga ikut hancur sehingga dianggap bukan merupakan sesuatu yang istimewa lagi. Masyarakat mulai berfikir bahwa yang paling berkuasa adalah alam (metafisika) maka ketika akan berlayar melihat alam sedang bersahabat atau tidak. Tetapi, tetap saja walaupun berlayar dalam keadaan alam yang bersahabat ada juga kapal yang tenggelam sehingga masyarakat mulai berfikir kritis dengan menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman para pelaut untuk memperkokoh kapalnya dengan berlayar memanfaatkan kompas, kapal yang tidak lagi hanya dari kayu (mulai dibuat lebih kokoh ditambahkan besi atau dibuat dari besi, dan berlayar menggunakan peta dengan menghindari tempat-tempat rawan (positifistik).

B. Fokus Perhatian Comte

Aliran Konservatif Dasar, Reformisme, Saintisme, dan hukum tiga tahap perkebangan

Red. Syam 3 Serangkai
nb.tulisan ini akan diperbaiki lagi, mohon masukannya teman-teman.

0 komentar:

Posting Komentar