Jumat, 01 Maret 2019

BRAND HIJAB SEBAGAI SIMBOL STATUS SOSIAL MAHASISWI

Negara indonesia merupakan negara ke empat  yang mempunyai kepadatan penduduk di dunia, dengan jumlah kepadatan penduduk semakin mendorong banyaknya masyarakat multikultular yang di bedakan dari etnis, budaya serta agama. Agama yang diakui oleh negara Indonesia yaitu agama Konghucu, Kristen, Hindu, Budha dan Islam.

Agama islam merupakan agama yang paling benyak dipeluk oleh masyarakat indonesia, Al-qur’an menjadi pedoman hidup bagi penganut agama islam yang mengatur kehidupan sampai dengan prilaku dan pakaian. Salah satu ayat dalam Al-Qur’an disebutkan:

Kami telah menurunkan bagimu pakaian yang menutupi bagian pribadi dari tubuhmu dan berfungsi sebagai perlindungan dan hiasan, dan terbaik dari seluruh pakaian dalah pakaian ketaqwaan (Q.S.al-A’raf{7}: 26). dari ayat di atas menerangkan mengenai pakaian ketaqwaan adalah cara berpakaian laki-laki yang menutup aurat mulai dari pusar sampai lutut, sedangkan untuk wanita wajib untuk menutup seluruh badan dengan kain kecuali kedua telapak tangan dan muka. Salah satu bagian pakaian wanita yang menutup aurat adalah penutup kepala atau hijab.

Hijab merupakan istilah yang digunakan oleh feminis dan nasionalis serta sekularis. Prase yang digunakan untuk melepas tutup kepala atau muka wanita kota adalah raf al-hijab (melepas hijab) bukan al-habarah, istilah yang digunakan untuk jubah/jilbab di kalangan wanita mesir kelas atas pada masa pergantian abad. Fenomena hijab bukan hanya ada pada sekarang akan tetapi sudah ada mulai pada zaman dahulu. Yang membedakan dengan saat ini sebagian dari wanita muslim menjadikan hijab sebagai peningkatan status dengan menggunakan brand tertentu. Oleh sebab itu fenomena ini menarik peneliti untuk menulis mengenai hijab sebagai simbol status sosial.

Dalam Teori Status Sosial, kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial atau dengan kata lain kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum didalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya (Soekanto, 1986:216).

Untuk mengukur status seseorang menurut Pitirim Sorokin secara rinci dapat dilihat dari.
1. Jabatan atau pekerjaan.
2. pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan.
3. Kekayaan.
4. Politis
5. Keturunan.
6. Agama (Narwoko dan Suyanto, 2004:136-137).
               
Kedudukan dibedakan menjadi beberapa macam, antaranya yaitu:

1. Ascribed Status, (Status Keturunan) yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaaan-perbedaan seseorang baik rohaniah maupun kemampuan. Kedudukan ini dapat diperoleh karena kelahiran. Status ini dijumpai pada masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial yang tertutup. Ascribet status juga merupakan kedudukan yang diperoleh manusia tidak melalui usaha yang keras atau tidak memerlukan perjuangan.

2. Achvied Status, (status prestasi) yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang karena usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan atas dasar kelahiran. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi semua anggota masyarakat, tergantung kemapuan masing-masing individu untuk mencapai tujuannya.

3. Assigned status, (Status yang di berikan) kedudukan ini mempunyai hubungan erat dengan Achived status. Artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat (Syarbaini, 2012:116-117).

Status pada dasarnya di bedakan menjadi dua jenis, yakni yang bersifat objektif dan subjektif. Jabatan sebagai direktur merupakan posisi status yang bersifat objektif dengan hak dan kewajiban yang terlepas dari individu. Sementara itu, yang di maksud status yang bersifat subjekttif adalah status yang menunjukkan hasil dari penilaian orang lain, dimana sumber status yang berhubngan dengan penilaian orang lain tidak selamanya konsisiten untuk orang.

Hijab

Hijab bukan kata Arab yang tepat untuk kata Veil. Hijab bukan istilah baru, tapi juga bukan istilah kuno. Kata ini merupakan komplek-komplek yang secara bertahap mengembangkan sekumpulan makna-makna. Stern mencatat berbasiskan pada sumber-sumber yang diteliti bukti bahwa istilah ini memiliki makna yang didefeniskan dengan baik pada abab ke-9 Masehi (1939:108). Istilah Hijab sendiri menghadirkan sejumlah point yang menarik. Istilah ini telah menjadi bagian dari kosa kata Arab pada awal islam. Menjelang abad ke-19, wanita muslim dan krieten kota kelas atas di Mesir memakai habarah, yang terdiri dari rok panjang tutup kepala, dan burqu, selembar kain segi empat dari muslim putih transfaran yang dikenakan di bawah mata, menutupi bagian bawah hidung dan seluruh mulut serta dada. Dalam suasana sedih, sehelai muslin hitam yang disebut dengan bisya  dapat digunakan. Mungkin berhubungan dengan asal-usul praktik orang Yahudi dan Kristen, kata Habarah  berasal dari kosa kata religius kristen dan yahudi (E-guindi, 2003:245).

Pada priode ini dipusat-pusat kota, pemakaian jilbab muka dan menutup seluruh tubuh di ruang publik dianggap sebagai pertanda bagi wanita kalangan tinggi, terhormat dan tak terjangkau. Dianatara sejumlah gelar terhormat bagi wanita, dua diantaranya untuk kepentingan khusus, karena secara eksplit memakai istilah-istilah pakaian, khususnya jilbab, yaitu al-satr al-arafi (perlindungan tinggi) dan al-hijab al-mani (pemisah tak terjangkau), hijab untuk menununjukan pripasi yang di lekatkan oleh budaya untuk wanita dan keluarganya (E-guindi, 2003:177).

Harga Menentukan Status Sosial
            Kaum Muslim didunia diharuskan untuk memakai hijab. Hijab sebenarnya adalah pakaian untuk menutup aurat kaum hawa. Tetapi jaman sekarang ada kaum Muslim yang menggunakan hijab hanya untuk bersaing dari segi penampilan. Persaingan itu terjadi karena banyaknya desainer busana muslim Indonesia yang  muncul dan mengeluarkan produk hijab yang terbaik dari segi tekstur, warna dan kenyamanan dalam pemakaian. Hal ini menyebabkan harga dari hijab bervariasi mulai dari yang murah sampai yang paling mahal. Hijab segitiga yang cocok untuk dipakai dengan tampilan simple dan praktis berkisar antara harga Rp.13.000 – Rp. 30.000. Hijab segi empat sebagai hijab standar yang biasa digunakan oleh kaum hawa berkisar Rp. 15.000 – Rp 30.000. Pashmina banyak digunakan oleh kaum hawa karena motif dan bahannya mudah untuk dikreasikan berkisar Rp. 25.000 – Rp. 60.000. Kisaran harga ini merupakan kisaran harga standart pasaran. Hijab dari desainer terkenal memiliki kisaran harga Rp. 80.000 – Rp. 1.000.000.

            Peneliti memfokuskan penelitian pada penggunaan brand hijab ternama dikalangan mahasiswi. Kebanyakan mahasiswi tinggal jauh dari orang tua membuat keuangan yang dikirimkan oleh orang tuanya dalam tiap bulan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-harinya saja.  Hijab yang biasanya digunakan oleh mahasiswi ialah hijab pari. Ada beberapa mahasiswi yang menggunakan hijab dengan standar yang tinggi seperti kain yang lebih mudah dikreasikan dan motifnya yang bervariasi membuat harga hijab yang mereka pakai lebih tinggi dari teman-temannya. Dengan terlihatnya perbedaan tersebut  menimbulkan kelas-kelas dari mahasiswi yang menggunakan hijab.

            Dalam buku Soerjono Soekanto (1986:218) Achieved status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan. Dari hasil wawancara sederhana dengan beberapa mahasiswi diperguruan tinggi yang ada Di Banjarmasin status sosial yang mereka miliki berasal dari kemampuan mereka dalam membeli hijab yang berstandar tinggi.

Kemampuan Mengikuti Trend
            Sebelumnya model-model hijab pada jaman dulu kurang menarik di kalangan anak muda karena mereka menganggap itu sesuatu hal yang kuno. Seiring perkembangan jaman dan masuknya budaya-budaya muslim di dunia dengan adanya  media masa para wanita dapat melihat berbagai model dari negara lain seperti model berjilbab wanita di Malaysia lebih pada menggunakan tudung labuh (jilbab panjang) dengan pola jahitan tengah. Sedangkan model berjilbab wanita Indonesia cenderung bervariasi. Pada awalnya model berjilbab wanita Muslim Indonesia hanya sebatas jilbab persegi panjang yang menutupi sebagian kepala seperti diselampirkan saja dan dipadu dengan kebaya. Modelnya cenderung monoton dengan warnawarni yang tidak menarik. Anggapan model hijab yang kurang menarik tersebut memunculkan ide-ide dari desainer muslim. Para desainer ini menghasilkan berbagai karya yang siap dikonsumsi oleh masyarakat/mahasiswi.

             Pada saat ini hijab dijadikan ajang pengaktualisasi diri di kalangan mahasiswi dengan diadakannya perlombaan hijab. Para wanita muslim termasuk mahasiswi beramai-ramai mengenakan jilbab atau pakaian muslim hasil rancangan artis dan desainer terkenal yang mahal dan trendi. Jadi, hijab tidak cukup lagi hanya dipahami semata-mata sebagai ungkapan takwa. Akan tetapi, di sebagian kalangan masyarakat khususnya mahasiswi, jilbab ini sendiri tidak ubahnya seperti pergantian selera mode pakaian atau fashion. Keadaan ini melahirkan status sosial.

            Dikalangan mahasiswi hijab merupakan hal yang penting karena menunjang penampilan saat berada dikampus. Penampilan hijab tersebut secara tidak langsung menunjukan adanya perbedaan status sosial dikalangan mahasiswi. Status yang melekat pada mereka terlihat dari kehidupan sehari-hari melalui ciri-ciri tertentu yang dianggap status simbol yaitu cara-cara berpakaian dari segi hijab. Karena mereka harus menyesuaikan diri tren hijab jaman sekarang.

Tantangan Meningkatkan Status Secara Subjektif Dalam Menggunakan Hijab Bermerk
Mahasiswi menjadikan hijab bermerk sebagai tantangan penunjukkan diri dan dipandang mahasiswi lain sebagai pengakuan bahwa status sosial dirinya lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Dengan cara menggunakan hijab bemerk secara tidak langsung mereka bertujuan untuk menunjukan bahwa identitas mereka dengan menggunaka hijab bemerk dapat di pandang bahwa status sosial mereka lebih tinggi meski pun apa yang di tunjukan belum tentu sesuai dengan status sosial sebenarnya.

Perilaku mahasiswa seperti itu terdapat pada beberapa mahasiswi yang ada di beberapa perguruan tinggi Banjarmasin. Dengan cara menggunakan hijab bermerk ini pula mereka dapat membentuk kelompok-kelompok yang menujukan bahwa mereka merupakan kelompok mahasiswi yang memiliki status sosial tinggi.

Padahal pada umumnya status sosial yang mereka tunjukan dengan cara menggunaan hijab bermerek maupun berkumpul dengan kelompok-kelompok tertuntu hanya bersifat sementara, identitas mereka yang mereka tunjukan tidak bisa di jamin kebenarannya atau pun tidak bisa di katakana sebagai status sosial yang tinggi dan bersifat selamanya.

Pada akhirnya tren fashion dalam berbusana tidak bisa manusia hindari. Khususnya untuk para wanita muslim yang berhijab. Hijab yang ditujukan untuk menutup aurat sekarang mulai di alih fungsikan, bahkan dengan menggunakan hijab dapat meningkat status sosial.

Upaya meningkatkan status sosial yang dilakukan oleh mahasiswi bisa dengan memakai brand-brand hijab yang biasanya hanya dimiliki oleh perekonomian kalangan menengah ke atas, selain itu mahasiswi merasa tertantang untuk menggunakan hijab yang bermerk untuk mendapatkan status sosial yang bersifat subjektif. Dengan ini upaya meningkatkan status sosial di kalangan masiswi pengguna hijab mengakibatkan terjadinya keimanan dan mengikisnya nilai syariat pada konsep hijab wanita muslimah.

UCAPAN TERIMAKASIH

            Saya ucapkan terimakish yang tak terhingga kepada teman-diskusi pada waktu itu. Berkat kalian jugalah artikel sederhana ini dapat diselesaikanya, teruntuk kalian semoga terus diberikan kesehatan dan kemudahan:
Nurul Indriyani Septi                      
Glenda Costa Amy Sumajouw       
Siti Saudah                                        
Sri Dewi Hapsari      
                       
Karya: Abdul Haris
Univesitas Brawijaya
abdulharissosantro07@gmail.com


DAFTAR PUSTAKA

El Guindi, Fedwa. 1999. Jilbab. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Narwoko, J. Dwi. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Soekanto, Soerjono. 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.
Syarbani, Syahrial dkk. 2012. Konsep Dasar Sosiologi dan Antropologi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Hartomo Media Pustaka.
Ritzer George, Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi 
Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern.Yogyakarta: Kreasi Wacana. 


0 komentar:

Posting Komentar