Pada abad ke-21 saat ini telah membuka sebuah cakrawala baru di dalam dunia kebudayaan, khususnya dengan terciptanya sebuah realitas baru sebagai akibat dari perkembangan globalisasi ekonomi dan informasi yang melanda seluruh belahan dunia. Pada abad ke-21 ini ruang kebudayaan semakin meluas, objek kajian tentang kebudayaan semakin beragam, dan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin tinggi dan mutakhir ini membuat kondisi tersebut menuju kearah meningkatnya kompleksitas akan budaya. Sebenarnya perkembangan teknologi yang semakin berkembang dan maju di dunia dapat dilihat pada akhir abad ke-20 yang ditandai dengan perkembangan wajah dunia dengan kebudayaan kontemporer yang dibentuk oleh tanda-tanda dan citraan yang datang dan pergi dalam kecepatan tinggi, seperti iklan billboard, video, majalah, televisi, computer, handphone, internet, dan lain sebagainya ini merupakan bentuk-bentuk teknologi yang mengandung unsur citraan di dalamnya . Citraan-citraan ini yang kemudian menjadikan sebuah realitas baru dunia, yang kemudian kita merupakan menjadi bagian darinya (Piliang,2011:197).
Citraan-citraan tersebut merupakan bagian dari perkembangan teknologi yang maju pada saat ini. Dari perkembangan teknologi yang begitu maju tersebut menuntut kita untuk menggunakan dan mengikuti beberapa model-model teknologi tersebut di dalam segala aspek kehidupan kita. Ada anggapan pada jaman sekarang ini, ketika kita tidak mengikuti perkembangan teknologi, kita dianggap sebagai orang yang tertinggal. Hal inilah yang menjadi pemantik kita saat ini untuk menggunakan teknologi agar kita tidak dianggap sebagai orang yang ketinggalan jaman dan sebagai pembentuk prestise dan eksistensi kita di tengah masyarakat. Berangkat dari anggapan yang beredar di masyarakat bahwa teknologi saat ini menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, para produsen kapitalis teknologi terus mengembangkan dan berinovasi dalam mengembangkan alat-alat teknologinya dengan berbagai macam model inovasinya sehingga teknologi yang dikembangkan menjadi sebuah teknologi yang hyper. Hyper dalam artian disini adalah teknologi yang dikembangkan dengan cara yang paling mutakhir dan terbaru dengan tujuan hal ini tentunya menjadikan masyarakat sangat ketergantungan dan mengikuti arus perkembangan teknologi yang diciptakan saat ini.
Dengan begitu pesatnya perkembangan teknologi yang terjadi di seluruh belahan dunia ini membuat masyarakat terkurung di dalam dunia teknologi. Segala aspek kehidupnya menjadinya sangat ketergantungan akan teknologi sehingga mereka meninggalkan peran dan fungsi sosialnya di masyarakat. Ini tentunya akan berdampak kepada menurunnya relasi dan solidaritas sosial antar sesama di masyarakat. Sehingga fenomena ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam mengenai teknologi dan solidaritas sosial dalam pembahasan berikut.
Pembahasan
Teknologi sejatinya dikembangkan guna untuk membantu segala aspek kehidupan masyarakat. Diharapkan dengan adanya teknologi masyarakat akan dapat dengan mudah melakukan mobilitas dan mendapatkan informasi secara jelas. Namun, kenyataan yang ada saat ini teknologi telah berkembang menjadi sebuah hyper teknologi di masyarakat dan menjadikan ini sebagai permasalahan baru di kalangan masyarakat. Kondisi hyper ini dapat dilihat dari beberapa kecenderungan yang berkembang di dalam masyarakat global di abad ke-21. Salah satu bentuk kecenderungan hipermodernitas dapat dilihat dari proses terjeratnya kemajuan (inovasi sains, teknologi, seni) ke dalam rasionalisasi pasar (Piliang, 2011:175).
Di dalam era globalisasi dan modern dewasa ini, banyak konsep-konsep sosial, seperti integrasi, kesatuan, persatuan, nasionalisme, dan solidaritas, tampak semakin kehilangan realitas sosialnya dan akhirnya hanya menjadi sebuah mitos. Berbagai realitas sosial yang berkembang dalam skala global khususnya sebagai akibat dari kemajuan teknologi informasi yang justru menggiring kearah akhir sosial (Piliang,2011:176). Lebih lanjut lagi Alan Touraine pernah menjelaskan bahwa proses akhir sosial ini lahir justru disebabkan oleh modernisasi yang telah mencapai titik puncak, yang disebutnya hipermodernisasi kontemporer. Menurut Touraine, kehidupan sosial pada saat ini telah kehilangan kesatuannya, dan kini ia tidak lagi berada dalam sebuah arus perubahan yang tiada henti, melainkan di dalamnya aktor-aktor individu maupun aktor secara kolektif tidak lagi bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, akan tetapi mereka justru mengikuti pola strateginya masing-masing di dalam berperan pada proses perubahan (kapitalisme global).
Apa yang sudah dijelaskan bahwa hyper teknologi yang terbungkus di dalam sebuah hipermodernitas ini sebenarnya justru menggiring masyarakat ke dalam keadaan yang antipati antar sesama masyarakat. Masyarakat sudah tidak peduli lagi dengan sesama mereka. Hal ini disebabkan masyarakat telah digiring ke dalam dunia teknologi yang tanpa batas dan tanpa akhir. Dengan keadaan teknologi yang berkembang tanpa batas dan tanpa akhir itulah yang menyebabkan lenyapnya batas-batas sosial masyarakat pada saat ini.
Kita ambil contoh kasus yang marak terjadi pada saat ini di dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita mengenal handphone yang berkembang pada era millennium atau era tahun 2000. Awalnya handphone hanya sebagai alat komunikasi belaka dikalangan masyarakat. Namun, dengan seiring perkembangan jaman dan perkembangan teknologi yang begitu cepat dan tanpa batas, fungsi handphone tersebut berubah. Mengapa bisa demikian? Fungsi handphone yang awalnya sebagai media komunikasi belaka berubah menjadi fungsi yang menyangkut gaya hidup dan sebagai media eksistensi/keberadaan seseorang di masyarakat.
Keberadaan handphone saat ini dengan berbagai macam fitur terbaru yang dimilikinya sangat memanjakan dan memfasilitasi seseorang untuk menunjukkan eksistensinya di masyarakat. Fitur-fitur aplikasi yang terdapat di dalam handphone seperti Facebook, Instagram, Snapchat, Twitter, dan lain sebagainya dijadikan sebagai media untuk menujukkan identitas dan eksistensi seseorang ditengah masyarakat. Sehingga solidaritas sosial seseorang telah berubah ke dalam dunia virtual bukan lagi di dalam solidaritas sosial dunia nyata.
Benar apa yang dikatakan oleh Alan Touraine yang melihat bahwa dunia teknologi sekarang ini melenyapkan batas-batas sosial sosial seseorang di masyarakat. Ikatan solidaritas sosial seseorang menjadi luntur kerena mereka lebih disibukkan oleh dunia virtual mereka yang mampu menujukkan ke-eksistensi diri mereka di masyarakat. Sehingga masyarakat menjadi tidak peduli lagi akan lingkungan sosial dan cenderung hidup sendiri dengan fasilitas-fasilitas teknologi yang melekat pada dirinya. Sehingga ini berdampak kepada lemahnya ikatan solidaritas mereka. Ibnu Khaldun juga menjelaskan tentang solidaritas sosial masyarakat di dalam bukunya Muqaddimah. Khaldun menjelaskan bahwa solidaritas sosial merupakan kunci utama yang dapat mempertahankan keutuhan masyarakat. Masyarakat yang individualis akan sangat mudah dihancurkan oleh masyarakat yang memiliki solidaritas sosial yang kuat ( Martono, 2014:38).
Dari penjelasan Ibnu Khaldun tersebut dapat dilihat bahwa solidaritas sosial kunci utama di dalam membangun hubungan relasi sosial yang baik antar sesama masyarakat. Melalui solidaritas sosial itulah menjadi syarat untuk mendapatkan kekuasaan dan kemudian solidaritas sosial inilah yang menjadi tonggak di dalam menyatukan tujuan, mempertahankan diri, dan memiliki kekuataan untuk mengalahkan musuh. Namun, apa yang dijelaskan oleh Ibnu Khaldun tersebut tentang solidaritas sosial masyarakat seperti tidak tergambarkan oleh keadaan masyarakat modern sekarang. Masyarakat modern sekarang baik itu masyarakat perkotaan ataupun pedesaan sudah sangat melek akan teknologi. Teknologi yang berkembang sekarang merasuk ke dalam garis dasar kehidupan seseorang di dalam sebuah masyarakat.
Kesimpulan
Globalisasi dan modernitas telah menciptakan sebuah hipermodernitas bagi masyarakat. Hipermodernitas ini juga ditandai dengan adanya hyper teknologi yang membuat masyarakat sangat akan ketergantungan teknologi di dalam segala aspek kehidupannya. Hyper teknologi inilah menjadi sebuah bencana bagi solidaritas sosial masyarakat. Dengan adanya hyper teknologi ini justru membawa masyarakat menjadi masyarakat yang individualis karena terlena di dalam buaian dunia teknologi yang tanpa batas. Sehingga mereka lupa akan nilai-nilai solidaritas sosial masyarakat.
Daftar Pustaka
(Buku)
Nanang, Martono, 2014. Sosiologi Perubahan Sosial “Perspektif Klasik, Modern”, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Yasraf, Amir, Piliang, 2011. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan, Bandung : Matahari
(Buku)
Nanang, Martono, 2014. Sosiologi Perubahan Sosial “Perspektif Klasik, Modern”, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Yasraf, Amir, Piliang, 2011. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan, Bandung : Matahari
Karya: Rahman Malik, S.Sos. Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi UNS |
0 komentar:
Posting Komentar