Jumat, 09 Februari 2024

Digital Humanities in Postmodern Era: Analisis Hiperrealitas Generasi Z Dalam Membentuk Perilaku Flexing Gaya Hidup di Media Sosial

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, menciptakan realitas buatan, konsumsi tanda, rekayasa sosial dan objektivitas yang kehilangan eksistensinya. Kondisi tersebut merupakan hiperrealitas dalam media sosial. Hiperrealitas merujuk pada kondisi di mana realitas semakin sulit dibedakan dari citra atau representasi yang dibuat oleh media. Kharisma (2020) menyebutkan bahwa masyarakat saat ini tergolong sebagai masyarakat konsumeris yang tidak terlepas dari citra untuk mendapatkan rekognisi atau pengakuan di tatanan sosial masyarakat. Dalam konteks ini, nilai guna dari sebuah barang atau jasa bukanlah yang menjadi fokus utama, melainkan nilai citra atau status yang ingin ditunjukkan. Konsekuensinya, timbul perilaku flexing gaya hidup mewah di media sosial, penampilan palsu, tiruan dari sesuatu, atau disebut sebagai simulakra. Secara harfiah, term simulakra dalam The Oxford English Dictionary diartikan sebagai aksi menirukan dengan maksud menipu. Simulakra kerap terjadi di media sosial, khususnya Instagram, TikTok, dan Facebook (Fajri, 2023).

Pengguna media sosial kini didominasi oleh generasi Z sebagai kalangan yang cenderung menyukai preferensi instan dan modern. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Data Reportal tahun 2022, menunjukkan bahwa terdapat sekitar 43,6 juta pengguna internet di Indonesia tergolong usia generasi Z dengan presentase sekitar 27,2 persen dari total pengguna internet (Kemp, 2022). Hiperrealitas pada generasi Z ditandai dengan adanya kecenderungan untuk menciptakan citra yang sempurna di media sosial. Potret hiperrealitas pada generasi Z dapat diamati melalui postingan media sosial yang meliputi kemewahan gaya hidup, pencapaian sesuatu di media sosial, prestasi akademik, destinasi liburan eksklusif, sebagai prestise untuk mendapatkan rekognisi dari masyarakat digital. Perspektif Jean Baudrillard mengungkapkan konsumsi barang telah mengalami pergeseran yang signifikan dari nilai guna ke nilai citra dan status sosial. Fenomena ini juga terlihat pada generasi Z yang lebih mementingkan status sosial dan cenderung membeli barang branded sebagai tanda prestis. Kehidupan modern lebih rentan dalam membuat subtensi gaya hidup yang melawan dari desain yang diproduksi oleh kapitalisme. 

Jean Baudrillard sebagai tokoh sosiologi postmodernisme dipengaruhi oleh pemikiran Mcluhan bahwa media menjelma sebagai hiperrealitas di era perkembangan teknologi yang sangat mutakhir. Manusia digital menciptakan realitas baru yang disamakan dengan realitas asli dan acapkali mendominasi sehingga membuat masyarakat tidak mampu mengenali realitas asli. Generasi Z kerap kali ditemui dalam fenomena popularitas "haul" di Instagram, dimana pengguna menunjukkan barang-barang baru yang mereka beli, atau "what's in my bag" video di TikTok, di mana pengguna memperlihatkan tas mewah dan isi di dalamnya. Pengguna media sosial Gen Z juga sering menunjukkan makanan mahal dan restoran mewah yang mereka kunjungi. Pada tingkat yang lebih ekstrim, beberapa pengguna media sosial bahkan membuat konten palsu yang menampilkan gaya hidup mewah yang sebenarnya tidak mereka miliki, hanya untuk mendapatkan pengakuan dari pengikut mereka. Selaras dengan hiperrealitas Baudrillard ditandai dengan citraan dan halusinasi. Hal ini mengakibatkan hilangnya petanda sebagai representasi kenyataan aslinya, karena masyarakat berpacu pada penanda media sosial yang telah diterima dan diserap. 

Di sisi lain, perilaku flexing ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada individu yang tidak dapat memenuhi standar kehidupan telah dikonstruksi oleh hiperrealitas media sosial. Dampak dari perilaku flexing dapat membuat individu merasa tertekan dan terobsesi untuk mempertahankan citra diri mereka di media sosial. Mereka cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan merasa perlu untuk terus-menerus membeli barang-barang mewah agar mendapatkan pengakuan dan validasi dari orang lain. Sementara itu, secara sosial, fenomena flexing dapat menciptakan ketidakpuasan dan permusuhan antar individu serta menciptakan budaya konsumerisme yang berlebihan. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengatasi dampak negatif dari hiperrealitas dan perilaku flexing, baik dari individu, keluarga, maupun instansi terkait seperti lembaga agama dan pendidikan.

Adapun upaya mengatasi perilaku flexing adalah dengan penanaman nilai-nilai karakter seperti kesederhanaan, kedermawanan, kejujuran, kerja keras, berpikir kritis terhadap aktivitas di media sosial, dan memiliki kesadaran mengenai identitas yang bukan bergantung pada seberapa banyak barang mewah yang dimiliki, serta lebih bijaksana agar tidak terjebak dalam perilaku konsumtif yang semata-mata untuk membangun citra sosial. Semua pihak berperan penting termasuk diri individu sebayai subyek utama untuk meminimalisasi hiperrealitas media sosial dalam membentuk perilaku flexing pada generasi Z di era postmodern. Sebagai penutup, Jean Baudrillard mengatakan, "Ketika simulasi menjadi realitas yang tak terpisahkan, masyarakat berada dalam hiperrealitas dan kebenaran hilang." Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memahami dan mengendalikan pengaruh hiperrealitas dan perilaku flexing dalam kehidupan sehingga tidak terjerumus dalam dunia maya yang tidak dapat merepresentasikan realitas sebenarnya.


Daftar Pustaka

Baudrillard, J. (1983). Simulacra and Simulation. michigan: University of Michigan.

Darmalaksana, W. (2022). Studi Flexing dalam Pandangan Hadis dengan Metode Tematik dan Analisis Etika Media Sosial. Gunung Djati Conference Series, 416-420.

Dewi, S. (2023). Financial Literacy, Educational Background, and Materialistic Among Gen Z in Indonesia. Jurnal pendidikan Ekonomi & Bisnis, 90-96.

Fajri, M. S. (2023, maret 13). Flexing: Erotisme Media Sosial. Retrieved from kaltim-post: https://kaltimpost.jawapos.com/kolom-pembaca/13/03/2023/flexing-erotisme-media-sosial

Google, Temasek, & Bain & Company. (2020, november 10). e-Conomy SEA 2020. Retrieved from BAIN & COMPANY: https://www.bain.com/insights/e-conomy-sea-2020/

Hafidz, J. (2020). Fenomena Flexing di Media Sosial dalam Aspek Hukum Pidana. Jurnal Cakrawala Informasi, 5-9.

Hidayat, M. (2018, Januari 11). Jean Baudrillard: Simulasi dan Hiperrealitas . Retrieved from Medhy Hidayat: https://medhyhidayat.com/jean-baudrillard-simulasi-dan-hiperrealitas/

Kemp, S. (2021, febuary 11). laporan Digital 2021: Indonesia. Retrieved from We Are Social dan Hootsuite: https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia

Kemp, S. (2022, febuary 15). Digital 2022 Indonesia. Retrieved from Datareportal: https://datareportal.com/reports/digital-2022-indonesia

Kharisma, Michael Ganda (2020) Konsep hiperrealitas menurut Jean Baudrillard dalam simulations.      Undergraduate thesis, Widya Mandala Catholic University Surabaya.

Labib, A. (2022). Tahadduts bi al-ni’mah Perspektif Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah dan Relevansinya terhadap Pelaku Flexing. Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 155-165.

Melina, N. F. (2022, Desember 23). Lahir dan Tumbuh Bersama Teknologi, Ini 4 Fakta Menarik Seputar Gen Z. Retrieved from Tribun Techno: https://www.tribunnews.com/techno/2022/12/23/lahir-dan-tumbuh-bersama-teknologi-ini-4-fakta-menarik-seputar-gen-z

Minan, Jauhari (2017) Media Sosial: Hiperrealitas dan Simulacra Perkembangan Masyarakat Zaman Now Dalam Pemikiran Jean Baudrillard. IAIN Jember,

Novita, Isfrinna Intan (2022) Konsep Israf Dalam Perspektif Al-Quran Dan Relevansinya Dengan Fenomena Flexing (Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar Dan Al-Misbah). Undergraduate (S1) thesis, IAIN Kediri.

Oktavianingtyas, I. (2021). Jean Baudrillard and His Main Thoughts. Jurnal Ilmu Komunikasi, 6-11.

Putri, O. M. (2023). Flexing: Fenomena Perilaku Konsumen dalam Perspektif Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4-10.

Rahmawati, W. N. (2020, Oktober 10). Memahami Teori Jean Baudrillard : Hyperreality dan Simulation, Beserta Contoh Fenomena Sosial Masyarakat Terbaru. Retrieved from Sosiologi.info: https://www.sosiologi.info/2020/10/teori-jeand-baudrillard-dan-contoh-fenomena-sosial.html

Supriyanto, S. (2022, 10 20). Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, Maret 2022. Retrieved from Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/publication/2022/10/20/b9e45d7c9aeb2112005aaf53/pengeluaran-untuk-konsumsi-penduduk-indonesia--maret-2022.html

Wahyudi, M. Z. (2023, maret 20). Kebahagiaan ala Generasi Z. Retrieved from Kompas: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/03/18/kebahagiaan-ala-generasi-z


Karya: Andi Imam Rafi MAN 2 Kota Malang


0 komentar:

Posting Komentar